Ilustrasi seseorang sedang periksa mata akibat mengalami insufisiensi konvergensi.
INDOZONE.ID - Insufisiensi konvergensi atau convergence insufficiency (CI) merupakan kondisi gangguan penglihatan yang cukup umum, namun kerap luput dari perhatian.
Dikutip dari American Optometric Association, gangguan penglihatan itu terjadi akibat kurangnya koordinasi antara saraf dan otot mata, dalam mengarahkan pandangan ke satu titik secara bersamaan, terutama saat melihat objek dekat seperti buku atau layar.
Menurut para ahli, otot mata (yang berjumlah enam) sebenarnya cukup kuat. Namun, masalah muncul ketika saraf yang mengendalikan otot-otot tersebut tidak mengirimkan sinyal yang tepat, untuk membuat kedua mata bergerak ke dalam secara harmonis.
Insufisiensi konvergensi atau CI, dapat menyebabkan berbagai gejala yang mengganggu aktivitas sehari-hari, terutama saat membaca atau mengerjakan tugas jarak dekat. Beberapa gejala umum di antaranya:
Baca Juga: Kenali Gejala, Penyebab, dan Cara Penanganan Mata Merah
Peneliti memberikan penjelasan sederhana tentang kondisi ini seperti, menyetir di jalan bebas hambatan (interstate) yang normalnya memiliki dua lajur.
Saat masuk zona konstruksi yang menyempit, menjadi satu lajur. Lalu, pengemudi cenderung merasa tidak nyaman, memperlambat laju, dan menjadi tegang.
Mata pun memiliki ‘zona nyaman’ serupa, yaitu rentang fusi. Yang mana, seberapa jauh mata dapat bergerak ke dalam atau ke luar sambil tetap melihat secara tunggal dan nyaman.
Bila rentang ini sempit, otak akan bekerja ekstra keras agar tidak melihat ganda, yang menyebabkan stres pada penglihatan.
Ilustrasi mata mengalami insufisiensi konvergensi.
Diagnosis insufisiensi konvergensi sering kali dapat diketahui hanya dengan mendengarkan keluhan pasien. Namun, karena sebagian besar pemeriksaan mata rutin tidak menyertakan tes spesifik untuk CI, penting bagi pasien atau orang tua untuk menjelaskan gejala secara rinci.
Sehingga, dokter dapat melakukan pemeriksaan tambahan terhadap fungsi kerja sama kedua mata.
Pengobatan CI terbagi menjadi aktif dan pasif. Terapi aktif melibatkan latihan mata intensif yang bertujuan untuk melatih kembali saraf, agar mata dapat bergerak secara selaras dan memperluas rentang fusi.
Terapi yang paling efektif adalah kombinasi antara latihan di rumah dan terapi di klinik. Sementara itu, metode lama seperti ‘pencil push-ups’ hanya efektif bila digunakan sebagai bagian dari terapi menyeluruh.
Terapi aktif bisa berlangsung hingga 90 hari atau lebih, dan hasilnya biasanya bersifat permanen.
Sementara terapi pasif, menggunakan bantuan kacamata prisma, yang membantu membelokkan cahaya. Sehingga, mata tidak perlu bekerja terlalu keras. Namun, efeknya hanya berlangsung selama alat bantu digunakan.
Baca Juga: Hati-hati! Sindrom Penglihatan Komputer Bisa Ganggu Mata Akibat Layar Digital
Penanganan CI sejak awal sangat penting. Sebab, bila dibiarkan, kondisi ini dapat berkembang menjadi intermittent exotropia, yaitu gangguan di mana mata mulai menyimpang dan bekerja secara terpisah.
Otak kemudian menekan penglihatan dari salah satu mata, menyebabkan hilangnya penglihatan binokular (dua mata) dan persepsi kedalaman.
Ilustrasi mata (visioneyeinstitute.com.au)
Gejala lanjutan akibat kondisi ini bisa meliputi:
Insufisiensi konvergensi merupakan gangguan yang umum terjadi, tetapi sering tidak terdeteksi. Sebab, bisa saja penderitanya memiliki penglihatan 20/20 pada kedua mata.
Tes penglihatan rutin di sekolah atau tempat kerja, biasanya tidak mampu mengidentifikasi CI. Padahal, kondisi ini sangat bisa diobati jika terdiagnosis dengan tepat.
Meski demikian, keberhasilan terapi sangat bergantung pada keterlibatan aktif pasien dalam menjalani latihan yang dianjurkan.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: American Optometric Association