Kategori Berita
Media Network
Kamis, 12 JUNI 2025 • 15:01 WIB

Kenapa Remaja Lebih Takut Hamil daripada HIV? Ini Fakta yang Jarang Dibahas

Penggunaan pelindung lateks untuk mencegah penyakit HIV dan AIDS. (freepik.com)

INDOZONE.ID - Coba deh tanya ke sekelompok remaja, “Kamu lebih takut hamil atau kena HIV?” Jawaban paling sering? Hamil. Padahal kalau dipikir-pikir, HIV jauh lebih bahaya. Aneh? Enggak juga. Justru ini cermin dari fenomena sosial yang sebenarnya cukup serius dan sering luput dibahas.

Buat banyak remaja, kehamilan di luar nikah tuh semacam horor paling nyata. Nggak cuma soal harus ngurus bayi di usia muda, tapi juga harus siap jadi bahan omongan sekampung, di-judge keluarga, sampai potensi putus sekolah. Belum lagi stigma sosial yang bisa melekat seumur hidup. Kehamilan terlihat jelas: perut makin membesar, masa depan terasa makin mengecil. Sementara HIV? Nggak kelihatan. Gejalanya bisa muncul bertahun-tahun kemudian, atau bahkan nggak disadari sama sekali. Banyak yang mikir, "Tenang aja, nanti juga bisa diobatin." Padahal kenyataannya nggak sesederhana itu.

Baca Juga: Mengenal Lenacapavir, Obat Baru yang Jadi Solusi bagi Pasien HIV

Data global tahun 2023 nyatain bahwa sekitar 360 ribu anak muda usia 15–24 tahun terinfeksi HIV. Di Afrika Sub-Sahara, cewek paling rentan. Tapi di Asia dan Pasifik, cowok justru lebih banyak terinfeksi. Artinya? Pola penyebarannya beda-beda tergantung budaya, edukasi, dan akses layanan kesehatan. Yang bikin miris, tes HIV di kalangan remaja masih rendah banget. Bahkan nyaris nggak jadi pilihan.

Kenapa remaja lebih takut hamil? Pertama, karena kehamilan kelihatan, HIV enggak. Kedua, stigma sosial lebih kejam ke cewek hamil. Yang satu dihujat, yang lain sering kali “baik-baik aja” karena nggak kelihatan sakit. Ketiga, edukasi seks di sekolah rata-rata cuma fokus ke risiko kehamilan, bukan soal penyakit menular seksual. Topik HIV dan IMS? Nyaris nggak disentuh. Terakhir, HIV dianggap masalah orang lain, bukan dirinya sendiri. Padahal kehamilan dan HIV bisa terjadi cuma dari satu kali hubungan seks tanpa pengaman.

Ilustrasi jus alpukat untuk ibu hamil

Yang jadi masalah, edukasi seksual yang komprehensif masih minim banget. Banyak sekolah, guru, bahkan orang tua masih canggung bahas seks dengan cara yang terbuka dan jujur. Padahal ini bukan ngajarin anak buat seks bebas, tapi ngajarin buat tanggung jawab atas tubuh sendiri dan paham risiko yang bisa muncul. Kalau dari awal remaja tahu HIV bisa nular lewat hubungan seks tanpa kondom, jarum suntik bekas, atau transfusi darah yang nggak aman, mungkin mereka nggak akan ngegampangin risikonya.

Remaja itu butuh informasi, bukan cuma ketakutan. Nggak cukup cuma dibilang, “Nanti kalau hamil, hidup kamu hancur.” Yang mereka perlukan adalah ruang aman buat bertanya, akses informasi yang valid dan nggak menghakimi, serta layanan kesehatan remaja yang ramah, supportif, dan tanpa stigma. Termasuk, penting banget buat dorong tes HIV rutin buat yang aktif secara seksual. Bukan buat menakut-nakuti, tapi buat melindungi diri sendiri dan orang lain.

Baca Juga: Daerah Jember Raih Peringkat 3 Dalam Kasus HIV/AIDS di Wilayah Jawa Timur: Ada 600 Kasus di 2024

Realitanya, kehamilan remaja emang jadi isu besar. Tapi HIV bukan masalah kecil. Keduanya harus dibahas bareng-bareng. Karena kalau anak muda cuma takut hamil tapi cuek sama HIV, berarti ada yang salah dari cara kita mendidik dan ngobrol soal seksualitas selama ini.

Sekarang saatnya ubah cara kita ngobrol soal seks dan kesehatan reproduksi. Bukan dengan menyalahkan, tapi dengan memberdayakan.



Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber: Bixbycenter.ucsf.edu

BERITA TERKAIT
BERITA TERBARU

Kenapa Remaja Lebih Takut Hamil daripada HIV? Ini Fakta yang Jarang Dibahas

Link berhasil disalin!