Rabu, 31 JULI 2024 • 20:53 WIB

Dokter Ahli Ungkap Wanita Lebih Berisiko Terkena Masalah Irama Jantung, Apa Itu dan Bagaimana Gelajanya?

Author

Ilustrasi wanita yang mengalami gejala jantung koroner. (freepik.com)

INDOZONE.ID - Kamu tahu nggak, ternyata wanita memiliki risiko lebih besar terkena masalah irama jantung atau aritmia dibandingkan pria? Hal ini diungkapkan oleh dr. Sunu Budhi Raharjo, seorang dokter spesialis jantung dan pembuluh darah lulusan Universitas Indonesia.

Dr. Sunu menjelaskan bahwa aritmia bisa menyerang di usia berapa pun.

"Gejalanya sempoyongan, kadang-kadang pingsan, tapi, bangun lagi. Kalau nggak bangun, dia henti jantung," ujar Sunu.

Aritmia adalah gangguan kesehatan yang bikin detak jantung jadi nggak teratur, bisa lebih cepat atau lebih lambat dari biasanya. Sebenarnya, permasalahan irama jantung ini umumnya nggak terlalu berbahaya.

Baca Juga: Dampak Kerja Malam pada Kesehatan: Risiko Penyakit Jantung, Stroke, dan Diabetes

Tapi, kalau detak jantungmu mulai terasa aneh atau nggak biasa, hal ini bisa berakibat fatal. Bahkan, bisa sampai menyebabkan kematian mendadak.

Aritmia sering ditandai dengan jantung yang berdebar tanpa alasan saat tubuh tidak sedang beraktivitas, bahkan sering kali lebih cepat saat akan tidur. Dalam kasus yang lebih parah, aritmia bisa membuat pasien pingsan atau kolaps.

Penanganan cepat dengan pompa jantung yang adekuat sangat diperlukan.

Baca Juga: Manfaat Donor Darah, Jaga Kesehatan Jantung hingga Turunkan Berat Badan

Aritmia juga bisa menyebabkan kejang karena otot jantung mengalami kram, sehingga suplai darah ke otak terganggu. Yang menarik, aritmia bisa menyerang baik orang muda maupun tua.

"Ibarat pohon muncul benalu, kan, bukan dari pohon itu tumbuh ada benalu. Itu yang tidak dipengaruhi dari faktor degeneratif," jelas Sunu.

Serangan jantung. (freepik.com)

Berbeda dengan serangan jantung aorta yang lebih sering dipicu oleh hipertensi lama, diabetes, kolesterol tinggi, dan kebiasaan merokok.

Aritmia yang sering terjadi pada wanita juga dapat menyebabkan serangan jantung yang berujung pada henti jantung.

"Kalau serangan jantung itu diawali dengan nyeri dada, keringat dingin yang luar biasa, sesak, itu serangan jantung. Penanganannya harus segera dibawa ke rumah sakit," tambahnya.

Jangan Abai Usai Operasi Jantung

Di sisi lain, dr. Dicky Aligheri Wartono, seorang dokter spesialis bedah toraks, kardiak, dan vaskular juga lulusan Universitas Indonesia, menyoroti pentingnya tindakan lanjutan setelah operasi jantung.

Dicky mengungkapkan bahwa kegagalan pasca operasi jantung sering kali terjadi karena pasien merasa lebih sehat setelah operasi dan mengabaikan saran dokter.

"Tidak ada statistik berapa lama, penyebab kegagalannya kebanyakan karena pasien merasa lebih sehat, baru dipasang stent (ring) sudah merasa cukup," kata Dicky.

Baca Juga: Penyebab dan Faktor yang Menyebabkan Jantung Koroner

Ilustrasi sakit jantung rematik.

Menurut Dicky, dalam kasus jantung koroner, kegagalan pasca operasi biasanya terjadi setelah pasien melakukan tindakan bypass. Namun, dengan adanya teknologi stent, angka kegagalan atau kematian pasca operasi menurun.

Meskipun demikian, pasien seringkali mengabaikan tindakan lanjutan untuk mempertahankan fungsi jantung setelah operasi stent. Padahal, beberapa kasus membutuhkan operasi lanjutan untuk menghindari pembengkakan jantung.

"Itu yang membuat suka nggak bertahan lama, bagusnya saat pasien kasus seperti itu tindakan primari langsung diskusi bagusnya bagaimana, ngomong bareng sama pasien," jelas Dicky.

Untuk penyakit jantung aorta atau katup jantung, Dicky menyarankan tindakan gold standard yaitu operasi jalur proximal untuk memperbaiki aliran darah dari jantung ke seluruh tubuh dengan stent.

Baca Juga: Mengenal Henti Jantung Mendadak, Gejala dan Tanda yang Perlu Diwaspadai

Faktor lain yang bisa mempengaruhi keberhasilan operasi jantung adalah pemeriksaan yang kurang optimal, kualitas CT Scan yang kurang baik, hingga diagnosis yang kurang tepat.

Dicky juga menambahkan bahwa ada faktor-faktor di luar kontrol dokter seperti kekurangan pasokan darah saat operasi yang dapat meningkatkan risiko kegagalan.
Jadi, menjaga komunikasi yang baik dengan pasien dan melakukan tindakan lanjutan sesuai saran dokter sangat penting untuk keberhasilan operasi jantung.

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber: Antara