INDOZONE.ID - Anak adalah karunia Tuhan dan buah cinta dari hubungan suami-istri dalam sebuah pernikahan. Namun, banyak pasangan yang mengalami kesulitan untuk memperoleh keturunan. Berbagai faktor dapat menyebabkan hal ini.
Pada kesempatan kali ini, kita akan membahas tentang inseminasi buatan, penyebab kegagalan prosedur ini, serta perbedaan antara inseminasi dan bayi tabung.
Menurut dr Shanty Olivia, spesialis di Rumah Sakit Pondok Indah IVF Centre dan RS Pondok Indah - Puri Indah, sebagian besar pasangan yang baru menikah dan berhubungan secara teratur tanpa menggunakan kontrasepsi, 75% akan hamil secara alami dalam 6 bulan pertama.
Pasangan yang Tidak Hamil dalam 1 Tahun Pertama: Apa Itu Infertilitas?
Sekitar 10-15% pasangan di Indonesia mengalami kesulitan hamil meski sudah berhubungan seksual secara teratur dan tidak menggunakan kontrasepsi selama setahun. Dalam dunia kedokteran, kondisi ini disebut infertilitas atau gangguan kesuburan.
Baca Juga: Apakah Pakai AC Bikin Bayi Mudah Pilek? Begini Penjelasannya
Penyebab infertilitas bisa berasal dari faktor suami maupun istri. Dalam hal ini, penyebab dari pasangan tersebut terbagi sebagai berikut:
- 30% faktor berasal dari suami
- 30% faktor berasal dari istri
- 20% penyebabnya tidak dapat dijelaskan (unexplained infertility)
- 20% merupakan mixed infertility, yang artinya bisa berasal dari faktor-faktor baik dari suami atau istri.
Faktor Utama Wanita Tidak Subur
Pada artikel ini, kita akan fokus pada faktor wanita. Penyebab ketidaksuburan pada wanita paling sering disebabkan oleh gangguan ovulasi atau masalah hormonal, endometriosis, perlengketan panggul, sumbatan saluran tuba, miom, atau kondisi-kondisi yang belum diketahui penyebabnya (unexplained infertility).
Penanganan infertilitas wanita bisa dilakukan dengan berbagai cara, termasuk pemberian obat penyubur, inseminasi buatan, atau bayi tabung. Jika ada gangguan anatomi seperti miom, tindakan pembedahan mungkin diperlukan.
Alur Pelaksanaan Program Hamil
Proses awal dimulai dengan konseling, di mana dokter akan menanyakan riwayat penyakit, pengobatan sebelumnya, dan pola hubungan seksual pasangan. Setelah itu, pemeriksaan dilakukan menggunakan USG untuk istri, pemeriksaan sperma untuk suami, serta pemeriksaan telur.
Baca Juga: Amankah Minum Kopi Saat Hamil untuk Perkembangan Otak Bayi? Ini Penjelasannya
Setelah pemeriksaan, penyebab infertilitas akan diketahui. Jika masalahnya adalah gangguan pematangan telur, tindakan seperti pembedahan atau program bayi tabung bisa dianjurkan. Jika masalahnya adalah miom, bisa dilakukan pembedahan atau inseminasi. Pada kasus-kasus tertentu, apabila masalahnya berat, bayi tabung bisa menjadi pilihan langsung.
Apa Itu Inseminasi?
Inseminasi adalah salah satu metode teknologi reproduksi berbantu (TRB) yang melibatkan proses penyemprotan sperma yang sudah diolah dan lolos seleksi (bukan sperma murni) ke dalam rongga rahim pada saat masa subur. Tujuan dari prosedur ini adalah untuk memperpendek jarak tempuh sperma menuju sel telur.
Inseminasi dapat dilakukan dalam dua bentuk:
- Inseminasi Intrauterin (IUI): Pembuahan terjadi di dalam rahim, dan syaratnya adalah saluran tuba (tuba fallopi) harus sehat dan tidak tersumbat. IUI cocok dilakukan jika sperma dan sel telur dalam kondisi baik.
- Bayi Tabung (In Vitro Fertilisation atau IVF): Pembuahan terjadi di luar tubuh. Sperma dan sel telur diambil dan dibuahi di laboratorium, kemudian embrio yang terbentuk akan ditanamkan ke dalam rahim.
Syarat Inseminasi
Untuk menjalani inseminasi, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh wanita:
- Rahim yang sehat: Rahim harus dalam kondisi sehat agar embrio yang terbentuk bisa menempel dengan baik.
- Saluran tuba yang terbuka: Saluran tuba harus sehat dan tidak tersumbat agar sperma dapat bertemu dengan sel telur.
- Ovulasi: Wanita harus mengalami ovulasi, yaitu pelepasan sel telur yang matang dari indung telur. Jika tidak ada telur yang matang, inseminasi tidak akan berhasil.
Baca Juga: Hindari Pakai Sarung Tangan pada Bayi, Dapat Mengganggu Perkembangan Otak dan Emosinya
Selain itu, usia juga menjadi faktor penting. Kualitas sel telur akan menurun seiring bertambahnya usia, terutama setelah usia 35 tahun. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa program inseminasi lebih efektif jika dilakukan sebelum usia 38 tahun. Sementara untuk wanita yang berusia 38 tahun ke atas, disarankan untuk mempertimbangkan bayi tabung.
Faktor Suami dalam Inseminasi
Syarat utama bagi suami adalah kualitas sperma yang baik. Jika seorang suami mengalami azoospermia (tidak ada sperma sama sekali) atau jumlah sperma yang sangat sedikit, peluang keberhasilan inseminasi menjadi sangat rendah.
Persiapan Pasangan untuk Inseminasi
“Pasangan yang menjalani inseminasi biasanya memerlukan persiapan yang meliputi pembelian obat-obatan serta injeksi untuk merangsang ovulasi. Setelah dilakukan pemantauan, inseminasi dapat dilakukan ketika sel telur siap untuk dibuahi,” jelas dr Shanty Olivia pada Media Discussion tentang Inseminasi Intrauterin, yang diadakan pada 19 November 2024.
“Setelah proses inseminasi dilakukan, pasangan harus menunggu sekitar dua minggu untuk mengetahui hasilnya, apakah positif atau negatif,” tambah dr. Shanty.
Ukuran Sel Telur yang Matang
Sebelum inseminasi dilakukan, sangat penting untuk memastikan bahwa sel telur sudah matang. Dalam prosedur inseminasi, ukuran sel telur yang matang biasanya diukur dengan USG. Ukuran sel telur yang siap dibuahi idealnya adalah sekitar 18 mm atau lebih.
"Jika sel telur sudah mencapai ukuran yang cukup, sekitar 18 mm atau lebih, maka kita memberikan suntikan pematangan telur untuk memastikan bahwa ovulasi akan terjadi dalam waktu dekat," jelas dr. Shanty.
Setelah itu, inseminasi dapat dilakukan sekitar 24-48 jam setelah suntikan pematangan telur.
Angka Keberhasilan Inseminasi
Keberhasilan inseminasi tidak selalu tinggi. Angka keberhasilan rata-rata inseminasi sekitar 10-15%, terutama jika menggunakan sperma dari suami sendiri. Namun, angka ini lebih tinggi dibandingkan dengan metode alami, di mana pasangan hanya mengandalkan siklus ovulasi dan hubungan seksual pada waktu yang tepat.
Beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan inseminasi antara lain:
- Siklus alami atau stimulasi: Penggunaan obat untuk merangsang ovulasi dapat meningkatkan peluang keberhasilan.
- Jumlah siklus IUI: Semakin banyak siklus inseminasi yang dilakukan, semakin tinggi peluang kehamilan, dengan angka keberhasilan mencapai 30% setelah beberapa kali percobaan.
Ketepatan waktu: Waktu inseminasi yang tepat, yaitu saat ovulasi, sangat mempengaruhi peluang keberhasilan. - Kualitas sperma: Sperma yang motil atau bergerak aktif akan meningkatkan peluang kehamilan.
- Selain itu, penyebab infertilitas lainnya, seperti azoospermia atau gangguan saluran tuba, dapat memengaruhi keberhasilan inseminasi.
Inseminasi intrauterin (IUI) adalah pilihan yang efektif untuk menangani masalah fertilitas ringan hingga sedang. Keberhasilannya dipengaruhi oleh beberapa faktor, termasuk usia wanita, kualitas sperma, dan penyebab infertilitas. Pemantauan siklus ovulasi dengan cermat sangat penting untuk menentukan waktu inseminasi yang optimal dan memaksimalkan peluang kehamilan.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Liputan