Rabu, 26 MARET 2025 • 14:00 WIB

Kasus Stunting Masih Tinggi, Begini Cara Sleman Menanganinya

Author

Sinegritas Pemkab Sleman atasi kasus stunting

INDOZONE.ID - Berdasarkan Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023, prevalensi balita stunting di Tanah Air mencapai 21,5 persen.

Di Provinsi D.I. Yogyakarta (DIY) angkanya mencapai sebesar 18 persen. Sementara di Kabupaten Sleman lebih rendah yakni 12 persen.

Adapun data pemantauan status gizi melalui ePPGBM (elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat) mencatat bahwa pada tahun 2024, prevalensi stunting di Sleman turun menjadi 4,41 persen dari 4,51 persen dari tahun sebelumnya.

"Meskipun angka ini lebih baik dibandingkan tingkat nasional maupun Provinsi D.I. Yogyakarta, upaya percepatan penurunan stunting tetap harus dilakukan secara berkelanjutan,” ujar Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana Sleman, Wildan Solichin, saat acara Workshop Rembuk Stunting Kabupaten Sleman Tahun 2025 di Merapi Ballroom Prima SR Hotel & Convention, Sleman, Selasa (25/3/2025).

Baca Juga: Kabupaten Sleman Terima Bantuan Alat Pertanian Dari Komisi IV DPR RI

Menurut Wildan, penurunan angka stunting menjadi salah satu prioritas utama dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Sleman 2024-2045.

“Stunting tidak hanya menjadi permasalahan kesehatan, tetapi juga berpengaruh terhadap kualitas sumber daya manusia di masa depan. Oleh karena itu, pemerintah terus berupaya menurunkan angka stunting melalui berbagai kebijakan terpadu,” terang Wildan.

Dalam kesempatan yang sama, Sekretaris Daerah Sleman, Susmiarto, menegaskan bahwa workshop ini merupakan bentuk komitmen bersama dalam menekan angka stunting di Sleman.

“Melalui evaluasi capaian program dan penyusunan strategi baru, diharapkan angka stunting di Kabupaten Sleman dapat terus menurun secara signifikan,” katanya.

Lebih lanjut, Susmiarto juga menyebut pentingnya program prioritas dari Bupati dan Wabup Sleman, yaitu Bergas Waras Cerdas, yang mencakup jaminan gizi 1.000 hari pertama kehidupan serta peningkatan layanan kesehatan ibu dan anak.

Sementara itu, Kepala Perwakilan Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/BKKBN Provinsi DIY, Muhammad Iqbal Apriansyah, kembali menekankan pentingnya penanganan stunting yang berkesinambungan dan melibatkan semua unsur pentahelix, yaitu pemerintah, swasta, perguruan tinggi, media massa, dan masyarakat.

Baca Juga: Satu Telur Sehari, Kunci Sederhana Lawan Stunting terhadap Anak

“Rembug Stunting ini menjadi gong awal bagi kita dalam berkontribusi menurunkan angka stunting sesuai peran masing-masing,” tegasnya.

Sebagai bentuk nyata komitmen bersama, acara ini diisi dengan penandatanganan komitmen oleh seluruh pemangku kepentingan guna menekan angka prevalensi stunting di Kabupaten Sleman.

"Langkah ini sejalan dengan visi Sleman 2025-2030 untuk menciptakan masyarakat yang maju, adil, makmur, lestari, dan berkeadaban, serta mendukung target nasional menuju Indonesia Emas 2045," ujar Iqbal.

Diketahui, Workshop Rembug Stunting ini diikuti oleh 130 peserta, termasuk Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Kabupaten, Kapanewon, dan Kalurahan Lokus Stunting, akademisi, organisasi profesi, serta perwakilan pengusaha dan forum kemasyarakatan.

Adapun materi yang disampaikan dalam workshop mencakup berbagai aspek intervensi dan strategi penurunan stunting, dengan narasumber dari Ketua DPRD Sleman, Kepala Dinas Kesehatan Sleman, serta Kepala Bidang Pemerintah dan Sumber Daya Manusia Bappeda Sleman.

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber: Keterangan Pers