INDOZONE.ID - Dalam memahami suatu hal, diperlukan penjelasan akan definisi hal tersebut. Hal itu berlaku pula pada tabu inses yang memiliki arti tentang larangan menikah atau hubungan seksual dengan anggota keluarga dekat. Hal tersebut berkaitan dengan nilai moral dan juga norma dari beragam budaya.
Sederhananya, tabu inses adalah larangan untuk menjadikan seseorang sebagai suatu pasangan menikah atau berhubungan seksual.
Walau memiliki perbedaan tentang siapa saja yang dikenali sebagai "keluarga dekat", sistem tabu inses ini banyak dipakai di beragam kebudayaan.
Sisi sosial serta biologis menjadi acuan penting yang membentuk aturan tabu inses. Jika dilihat dari sisi biologis, perilaku inses menghasilkan keturunan yang memiliki kecenderungan cacat atau kelainan genetik.
Penelitian mengungkapkan bahwa perkawinan dengan kerabat yang masih memiliki hubungan darah kuat, mempunyai resiko besar bahwa keturunannya akan cacat. Dari kecacatan itu memiliki banyak resiko penyakit yang akhirnya menjurus pada kematian.
Dari hal tersebut menunjukan alasan dari adanya tabu inses ini agar manusia mampu melindungi kesehatan mereka.
Baca Juga: 5 Dampak Aktivitas Seksual pada Kesehatan Mental Anak Muda: Positif atau Negatif?
Ada banyak alasan mengenai asal usul tabu inses. Salah satunya arus besar teori utama dalam konteks ini adalah Westermarck. Teori ini menyebutkan tentang bagaimana individu yang besar bersama di dalam lingkungan yang dekat, seperti keluarga semasa kanak-kanak, akan mengembangkan ketidaktertarikan seksual satu sama lain.
Penelitian di komunitas Kibbutz Israel dan perkawinan Simpua di Taiwan juga mendukung pandangan besar ini. Terlihat melalui penelitian itu, di mana anak-anak yang tumbuh bersama-sama jarang memiliki ikatan romantis atau seksual yang mendalam.
Maka dari itu, tabu inses ada secara natural dalam masyarakat yang tujuannya secara tidak langsung merupakan tameng terhadap dampak kelainan genetik yang merugikan.
Ada pula teori dari Malinowski yang mengutarakan bahwa inses tabu muncul agar dapat mencegah kompetisi antar anggota keluarga yang dapat mengarah ke kerusakan dari keluarga tersebut.
Selain dari Malinowski, Sigmund Freud menyatakan tentang tabu inses sebagai penyimpangan seksual. Dalam perspektifnya tabu inces ada untuk menghindari hubungan Oedipus Complex dan Electra Complex.
Selain dari penjelasan di sisi biologis, ada alasan besar dari segi di balik penerapan tabu inses. Antropolog seperti Claude Levi-Strauss berpendapat bahwa tabu inses ini sebagai pendorong perkawinan eksogami. Perkawinan itu memiliki arti menikah di luar kelompok keluarga, dari hal tersebut hasilnya ialah perluasan sistem jaringan sosial dan membangun aliansi baru.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Advances In Anthropology