Walaupun tabu inses hampir secara mendominasi diterapkan dalam berbagai budaya, tetap saja terdapat beberapa pengecualian. Salah satunya ialah kebudayaan masyarakat Mesir Kuno. Dalam kehidupan kelurga kerajaan Mesir Kuno kerap terjadi pernikahan dengan saudara dekat ataupun kandung, tujuannya yaitu mempertahankan kekuasaan juga garis keturunan.
Melalui kegiatan inces ini dapat diketahui beberapa hal. Seperti bahwasanya dalam di kalangan elit tertentu, inses dipakai sebagai alat atau media untuk menjaga kontrol atas sumber daya dan kekuasaan yang dimiliki.
Baca Juga: 5 Tips Masturbasi Sehat yang Bikin Kamu Lebih Produktif
Tabu inses masih dipakai sampai sekarang dan tetap relevan dalam masyarakat modern terlebih dari sisi hukum. Ada banyak negara yang dengan tegas melarang hubungan inces ini, salah satunya dengan penerapan undang-undang yang akan memberi hukuman keras bagi pelanggar.
Di Indonesia tabu inses ada dalam undang-undang perkawinan dan pidana yang disertai sanksinya. Sementara di negara lain seperti Amerika Serikat mirip dengan di Indonesia, di mana hubungan inses merupakan tindak pidana yang dapat dikenai hukuman dengan penjara.
Selain hukum, sanksi sosial turut berpengaruh besar dalam peranannya terhadap tabu inces. Pelaku inses beserta keluarganya kerap dilabeli secara negatif oleh masyarakat sekitarnya. Pengucilan dan penilaian buruk adalah bentuk dari tindakan komunitas terhadap pelaku. Dengan demikian, tabu inses bukan cuma dibentengi oleh hukum, tetapi juga oleh norma sosial yang ketat dan mengikat.
Kemajuan dalam sains genetika menambah lapisan baru untuk memahami resiko besar dalam hubungan inses. Konseling genetik sekarang tersedia bagi pasangan yang memiliki hubungan darah guna membantu mereka paham akan risiko besar bagi keturunan mereka. Sains modern seolah menjadi gebrakan utama dalam memberi penjelasan yang lebih mendalam terkait risiko inses, melampaui sekadar larangan moral atau budaya.
Namun, dengan perkembangan teknologi reproduksi yang begitu besar seperti donor sperma dan sel telur membuat garis batas inses menjadi semakin kabur. Sebagai contoh, apakah etis dan bagi seorang perempuan untuk memakai sperma dari saudaranya sendiri dalam proses donor?
Melalui munculnya keluarga yang berbeda yaitu non-tradisional, seperti keluarga pasangan sesama jenis atau juga yang terbentuk dari adopsi mengakibatkan hubungan garis keluarga menjadi lebih rumit. Walau demikian, penting untuk menetapkan batasan yang pakem sehat dalam dalam hubungan keluarga adalah sebuah hal yang tidak dapat dipungkiri.
Tabu inses, meskipun bisa jadi mengalami transformasi bentuk sesuai perkembangan zaman, tetap saja fungsinya masihlah sama yaitu pelindung stabilitas sosial serta kesejahteraan genetik masyarakat. Kombinasi alasan sosial, budaya, biologis dan hukum akan memastikan bahwa tabu inses tetap menjadi elemen penting dalam struktur sosial manusia.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Advances In Anthropology