INDOZONE.ID - Anemia banyak ditemui di perempuan dewasa karena kurangnya zat besi. Jangan salah, bayi juga bisa terkena anemia dan tanda-tandanya jangan diabaikan, Moms.
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) membeberkan ciri, efek dan upaya menangani anemia defisiensi besi (ADB) pada bayi agar dapat tumbuh dan berkembang secara optimal.
"Anemia itu kadar hemoglobinnya rendah sesuai usia maupun rasnya, dan itu terjadi karena produksi eritrosit yang berlebihan sehingga terjadi hemoglobin yang berkurang," kata Anggota Unit Kerja Koordinasi (UKK) Hematologi Onkologi IDAI Prof. Dr. dr. Harapan Parlindungan Ringoringo, Sp.A, Subsp.H.Onk(K) dilansir ANTARA.
Penyebab Anemia Pada Bayi
Parlin menyebut penyebab anemia dapat dibagi menjadi empat. Penyebab pertama yakni persediaan zat besi dalam tubuh yang kurang akibat berat badan lahir rendah (BBLR), bayi lahir kembar, ibu hamil telah terkena ADB dan ibu mengalami pendarahan fetus.
Bayi juga dapat anemia akibat masukan zat besi yang kurang karena tidak mendapatkan makanan tambahan dan jenis makanan yang dikonsumsi kurang mengandung zat Fe-Heme.
Pertumbuhan bayi yang cepat dan infeksi akut berulang turut menjadi beberapa pemicu anemia pada bayi. Penyebab lainnya yakni bayi terkena enteritis atau peradangan usus, malnutrisi dan sindrom malabsorbsi.
Baca juga: 7 Minuman Herbal untuk Anemia, Biar Aktivitas Harian Gak Loyo!
Tanda-tanda Bayi Anemia
Dokter menyebut, setidaknya ada 10 tanda bayi terkena anemia yang harus Moms waspadai.
Bayi yang mengalami ADB akan mengalami gejala klinis berupa iritabel atau merengek, lesu, dada berdebar-debar, sakit kepala sampai dengan tidak lincah saat berlari.
Tanda lainnya yaitu nafsu makan berkurang, bayi tampak pucat, lesu dan kadang-kadang menderita penyakit.
"Tandanya tentu ada pucat, tapi tidak ada pendarahan. Ini bisa kita lihat di kelopak mata bagian dalamnya, itu ada kelihatan warna putih, di selaputnya juga pucat. Yang paling jelas di telapak tangan atau kaki atau bibir," ujarnya.
Lebih lanjut salah satu gejala khas dari bayi anemia yang Parlin sebutkan dapat terlihat pada permukaan lidah yang mulus dan kuku lentik.
"Bulu mata boleh lentik ya, tapi kalau kuku tidak boleh lentik," ujar dia.
Dampak Anemia Pada Bayi
Adapun efek anemia pada bayi adalah gangguan perkembangan motorik, kemampuan koginitif yang menurun, gangguan perilaku, pendengaran, penglihatan hingga gangguan mielinisasi.
Parlin menekankan anemia tidak boleh dibiarkan karena dapat berdampak pada masyarakat. Sebab, kemampuan dan prestasi anak di masa depan dapat menurun.
Anemia juga dapat memengaruhi tingkat produktivitas dan kualitas sumber daya manusia Indonesia.
Baca juga: Waspadai Anemia di Balik Penyakit Ginjal Kronis: Gejala, Risiko, dan Cara Mengatasinya
Pemberian Tablet Zat Besi
Oleh karenanya, IDAI sejak tahun 2011 sudah mengeluarkan rekomendasi untuk memberikan suplemen besi pada semua anak dengan prioritas usia balita 0-5 tahun, terutama usia 0-2 tahun.
Parlin melanjutkan ada sejumlah upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah anak terkena ADB sejak dini, di antaranya memberikan ASI selama mungkin sejak bayi lahir, memberikan Pengganti ASI (PASI) yang telah diperkaya dengan Fe, memberikan makanan fortifikasi yang kaya Fe dalam bentuk makanan padat, hindari peningkatan badan yang berlebihan.
Makanan yang diberikan juga diharapkan dapat meningkatkan absorpsi Fe seperti buah-buahan, ikan dan hati hingga melakukan penyuluhan makanan banyak yang mengandung Fe.
Sementara pencegahan sekunder dapat dilakukan melibatkan skrining, diagnosis dan pengobatan ADB.
Dalam kesempatan itu, Parlin turut menyampaikan bahwa Akademi Pediatri Amerika Serikat (AAP) telah merekomendasikan skrining laboratorium universal untuk menangani ADB pada usia sekitar 1 tahun untuk anak yang sehat.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: ANTARA