INDOZONE.ID - Biji alpukat, meskipun sering diabaikan, ternyata memiliki beberapa manfaat potensial untuk kesehatan mental.
Berikut adalah beberapa manfaat yang dapat ditemukan dalam biji alpukat bagi kesehatan mental.
1. Membantu Mengurangi Stres
Biji alpukat mengandung antioksidan yang membantu melawan stres oksidatif di otak, sehingga dapat berpengaruh terhadap suasana hati dan kesehatan mental secara keseluruhan.
2. Memberikan Efek Menenangkan
Biji alpukat mengandung senyawa yang dapat meningkatkan produksi serotonin, sebuah neurotransmitter yang dikenal untuk mengatur suasana hati dan memberikan efek menenangkan.
Baca Juga: Jangan Sampai Salah, Berikut 5 Cara Memilih Alpukat yang Matang dengan Tepat
3. Mengurangi Resiko Kecemasan
Peradangan kronis di otak sering dikaitkan dengan gangguan mental seperti depresi dan kecemasan. Kandungan anti-inflamasi dalam biji alpukat dapat membantu mengurangi risiko ini.
4. Meningkatkan Kesehatan Mental melalui Pencernaan
Biji alpukat kaya akan serat, sehingga dapat membantu menjaga kesehatan pencernaan.
Kesehatan pencernaan yang baik dapat berdampak positif pada kesehatan mental "gut-brain axis" (hubungan antara usus dan otak).
5. Meningkatkan Sirkulasi Darah
Biji alpukat juga dipercaya dapat membantu meningkatkan sirkulasi darah, termasuk ke otak, yang penting untuk menjaga fungsi kognitif dan suasana hati yang stabil.
Baca Juga: Inilah 7 Manfaat Alpukat untuk Kesehatan dan Kecantikan Wajah
Namun, penting untuk dicatat bahwa penelitian tentang manfaat biji alpukat untuk kesehatan mental masih terbatas, dan biji alpukat biasanya tidak dikonsumsi secara langsung karena teksturnya yang keras dan rasanya yang pahit.
Pengolahan biji alpukat harus dilakukan dengan hati-hati, seperti dalam bentuk bubuk yang ditambahkan ke smoothie atau makanan lainnya.
Sebaiknya konsultasikan dengan ahli gizi atau profesional kesehatan sebelum mengonsumsi biji alpukat dalam jumlah besar.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: NCBI, Frontiers In Pharmacology