Selasa, 08 OKTOBER 2024 • 11:10 WIB

Malaysia Manfaatkan AI untuk Membantu Diagnosis dan Pengobatan Kesehatan Mental

Author

Ilustrasi kesehatan mental.

INDOZONE.ID - Malaysia mengalami peningkatan yang mengkhawatirkan dalam menghadapi tantangan kesehatan mental sejak pandemi COVID-19.

Untuk mengatasi hal ini, sejumlah profesional kesehatan mental di negara tersebut mulai memanfaatkan kecerdasan buatan (AI) dalam mendeteksi tanda-tanda awal depresi.

Langkah ini bertujuan untuk memberikan akses yang lebih luas ke masyarakat di tengah kekurangan tenaga profesional yang memenuhi syarat.

Baca Juga: Riset: Remaja Jomblo Punya Tingkat Depresi Lebih Rendah dan Kesehatan Mental Lebih Baik

Menurut survei nasional terbaru, sekitar 1 juta warga Malaysia mengalami depresi, jumlah yang dua kali lipat dibandingkan pada tahun 2019.

Dari jumlah tersebut, setengahnya melaporkan bahwa mereka memiliki pikiran untuk melukai diri sendiri atau bunuh diri.

Dr. Jest Wong, yang pernah mengalami depresi berat, bersama timnya terdorong untuk menciptakan aplikasi yang menggunakan AI dalam mendeteksi depresi secara dini.

Melalui aplikasi ini, pengguna cukup memindai kode QR dan merekam suara mereka selama 90 detik.

Ilustrasi AI yang digunakan di Malaysia untuk pengobatan kesehatan mental. (channelnewsasia.com)

Aplikasi ini kemudian akan menganalisis karakteristik vokal seperti kejelasan, kecepatan bicara, dan nada suara untuk menghasilkan laporan kesehatan mental.

“Kita bisa mengetahui apakah seseorang sedang mengalami depresi atau stres hanya melalui analisis suara mereka,” kata Dr. Wong, pendiri Westwood Clinic yang berusia 40 tahun. “Kami melihat ini sebagai cara untuk membantu negara, membuat akses ke kesehatan mental menjadi lebih mudah.”

Sejak diluncurkan pada Juli tahun lalu, lebih dari setengah juta orang telah menggunakan aplikasi ini. Berdasarkan laporan kesehatan mental yang dihasilkan, pengguna bisa memilih untuk berkonsultasi dengan psikiater jika diperlukan.

Para praktisi medis di Malaysia mengakui bahwa peningkatan penggunaan aplikasi seperti ini dapat memperkuat layanan kesehatan mental, terutama di tengah kekurangan tenaga profesional.

Di Malaysia, hanya ada sekitar 500 psikiater, atau satu psikiater untuk setiap 200.000 orang, jauh di bawah rekomendasi Organisasi Kesehatan Dunia yang menyarankan satu psikiater untuk setiap 10.000 orang.

CEO pusat rehabilitasi Solace Asia, Dr. Prem Kumar Shanmugam, menambahkan bahwa meningkatnya kesadaran terhadap masalah kesehatan mental, dikombinasikan dengan kekurangan tenaga klinis, memaksa mereka untuk mencari solusi alternatif dalam pengobatan.

“AI, teknologi digital, dan chatbot adalah beberapa opsi yang dapat dipertimbangkan,” jelasnya.

Baca Juga: 8 Tips Efektif Mengungkapkan Perasaan untuk Menjaga Kesehatan Mental

Inovasi ini menjadi harapan baru bagi peningkatan layanan kesehatan mental di Malaysia, mengisi kesenjangan besar yang ada dalam sistem perawatan kesehatan mental di negara ini.


Konten ini adalah kiriman dari Z Creators Indozone. Yuk, bikin cerita dan konten serumu, serta dapatkan berbagai reward menarik! Let’s join Z Creators dengan klik di sini.

 

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber: Channelnewsasia.com