Asmara cuma lahir di bumi
(di mana segala berjuang di tanah mati)
ia mengikuti hidup manusia
dan kalau hidup sendiri telah gugur
gugur pula ia bersama-sama
Ada tertinggal sedikit kenangan
tapi semata tiada lebih dari penipuan
atau semacam pencegah bunuh diri
Mungkin ada pula kesedihan
itu baginya semacam harga atau kehormatan
yang sebentar akan pula berantakan
Kekasihku
Gugur, ya, gugur
semua gugur
hidup, asmara, embun di bunga -
yang kita ambil cuma yang berguna.
Aku merindukan mata bayi
setelah aku dikhianati mata durjana.
Aku merindukan mata hari
karena aku dikerumuni mata gelap.
Aku merindukan mata angin
karena aku disekap oleh mata merah saga.
Wahai, mata pisau! Mata pisau di mana-mana
Mata batin! Mata batin!
Hadirlah kamu!
Hadirlah kamu di saat yang rawan ini.
Wahai, mata batin!
Kedalaman yang tak terkira.
Keluasan yang tak terduga.
Harapan di tengah gebalau ancaman.
Mata kejora! Mata kejora!
Mata kekasih dalam dekapan malam.
Dalam kehidupan yang penuh mata bisul
hatiku meronta ditawan rangkaian mata rantai.
Sawah gersang tanpa mata bajak.
Mata gergaji merajalela di rimba raya.
Mata badik memburu mata uang.
Mata kail termangu tanpa umpan.
Mata sangkur! Mata sangkur!
Mata sangkur menghujam ke mata batin.
Mata kejora! Mata kejora!
Mata kekasih dalam dekapan malam.
Padang rumput termakan mata api.
Tetapi, kekasihku,
di dalam kalbuku yang murung ini,
engkaulah mata air pengharapanku!
Baca Juga: 12 Kumpulan Puisi Sapardi Djoko Damono yang Paling Terkenal
Puisi WS Rendra tentang kehidupan
Puisi WS Rendra tentang kehidupan menjadi curahan hatinya melihat keadaan sekitar dan peristiwa yang sempat dialami selama hidup.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: