Desember lalu
Saat tanya berhamburan tanpa jawaban
Saat kenyataan tak dapat memenuhi harapan
Penantian yang menjelma kesia-siaan
Kepedihan, kesedihan, kegaduhan, ketakutan, dan kekacauan adalah diksi yang tepat untuk menceritakannya
Namun bukan itu inti dalam cerita ini, sayang
Sebab inti dari cerita ini adalah kamu
Iya kamu, kamu yang masih menjadi kepastian yang tak pernah mengecewakanku
Memperingati tahun baru dengan puisi
Puisi tahun baru berisi kata-kata sambutan untuk menyongsong pergantian tahun, dapat diresapi untuk menjadikan diri lebih baik.
Oleh: Dian Hartati
Kami berjalan di bawah terang bulan dan bintang
Beberapa hari sebelum tahun baru
Perut tak cukup kenyang
Tapi angan-angan penuh masa depan
Tak ada yang memungkiri kami ingin jeda
Tapi dunia terus bergerak
Suara bisik memenuhi pikiran
Sudah tak ada lagi karma hanya ada darma
Kami beriringan melewati museum hari-hari
Senyap dan sedikit khawatir
Tak ada yang perlu diselamatkan
Kami bertanggung jawab atas daya diri sendiri
Oleh: Paulus Dimas Prabowo
Tahun baru, ibarat buku tebal, ditulis dengan tinta kekal
Sebuah buku tanpa resensi sehingga sulit untuk menebak isi
Sebuah buku tanpa revisi yang satu huruf pun takkan diganti
Alurnya sepenuhnya rahasia, menduga-duga adalah upaya sia-sia
Tahun yang baru memang menawarkan misteri, tapi bukan berarti harus merasa ngeri
Di dalamnya mungkin akan ada cerita seru maupun haru, tapi ini bukanlah perkara baru
Bukankah di tahun lalu juga begitu?
Kita memang tak tahu pasti apa yang menanti, tapi kita percaya bisa melaluinya
Hari berlalu dan tahun pun berganti
365 hari telah cukup banyak mengajarkan aku tentang kehidupan
Terkadang akan ada penolakan
Terkadang ada pula penghinaan
Namun kaki tetap harus melangkah maju
Jatuh pun harus berani untuk bangkit kembali
Tak ada waktu untuk bersungut-sungut
Meski kadang air mata membasahi pelupuk mata dan mengalir menuruni pipi
Tetapi menyerah bukanlah jalan keluar dari segala pesakitan
Tegakkan kepala dan busungkan dada
Jalan di depan masih panjang, berliku dan tajam
Tapi kita mampu menyusurinya
Percayalah pada Tuhan
Percayalah pada dirimu sendiri
Oleh: Danang Alfriandi
Di pagi yang biasa bersama bulir-bulir pestisida
Serta angin yang menerbangkan debu ke muka
Baju-baju yang lusuh dimakan sikat berbusa
Tubuh yang mengeras walau telah menuju senja
Harapan yang sama
Rutinitas tanpa suara
Seakan otak telah mengatur semua
Bagaimana tubuh bekerja
Dengan ritme yang seirama
Mimpi yang sama
Mungkin juga telah lupa
Berjalan mundur untuk maju bersama
Meraih apa yang dibutuhkan
Bukan yang diimpikan
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: