Konsep albedo tidak hanya teoretis; ia memiliki implikasi praktis dalam kehidupan sehari-hari.
Misalnya, pertimbangkan skenario dua mobil yang diparkir di bawah sinar matahari, satu hitam dan satu putih.
Interior mobil hitam, karena permukaan albedonya rendah, menyerap lebih banyak sinar matahari, sehingga interiornya lebih hangat dibandingkan dengan mobil putih.
Permukaan mobil putih yang memiliki albedo tinggi memantulkan sebagian besar sinar matahari, menjaga interiornya tetap lebih sejuk.
BACA JUGA: Perbedaan Warna Gelap dan Terang dalam Menyerap Cahaya
Pengukuran albedo bergantung pada teknologi penginderaan jauh yang canggih.
Menggunakan peralatan khusus yang dipasang pada pesawat atau satelit, ilmuwan mengarahkan cahaya ke permukaan Bumi, dan kemudian mengukur intensitas cahaya yang dipantulkan kembali, menentukan perbedaan albedo dari berbagai permukaan dan lingkungan.
sinar matahari langsung (pixabay/FotosFuerBlogger)
Berikut adalah beberapa contoh nilai albedo dari berbagai permukaan:
Rata-rata albedo Bumi adalah sekitar 0,3. Ini berarti sekitar 30% dari energi matahari yang mengenai permukaan planet ini dipantulkan kembali ke angkasa, sementara sekitar 70% diserap.
Keseimbangan antara pantulan dan penyerapan ini memainkan peran penting dalam mengatur suhu dan sistem iklim Bumi.
Perubahan dalam jenis permukaan, seperti pencairan es kutub atau perubahan penutupan vegetasi, dapat mempengaruhi albedo permukaan Bumi dan, sebagai hasilnya, mempengaruhi suhu dan dinamika iklim global.
Memahami hal ini sangat penting untuk memprediksi dan mengurangi dampak perubahan iklim.
BACA JUGA: Bahaya Perubahan Iklim yang Terjadi di Dunia dan Dampaknya Bagi Kehidupan
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Vaia.com, Greenly.earth