Dengan konsistensi ini, anak akan merasa bahwa membaca adalah bagian integral dari kehidupan sehari-hari mereka. Ini akan berdampak pada peningkatan keterampilan membaca yang berkelanjutan.
Anak-anak seringkali meniru apa yang dilakukan oleh orang tuanya. Jika mereka melihat orang tuanya menikmati membaca dan menganggapnya
sebagai aktivitas menyenangkan, mereka akan cenderung mengikuti kebiasaan tersebut.
Oleh karena itu, menjadi contoh yang baik dalam hal kebiasaan membaca adalah salah satu cara terbaik untuk memotivasi anak dalam mengembangkan keterampilan membaca mereka.
Ilustrasi membaca puisi tentang Paskah pengorbanan Yesus Kristus
Orang tua juga memiliki peran penting dalam mengidentifikasi hambatan yang mungkin dihadapi anak saat proses belajar membaca. Kesulitan
seperti disleksia atau gangguan lainnya memerlukan perhatian dan penanganan khusus.
Baca Juga: 6 Bacaan Dzikir Pendek Setelah Shalat Lengkap dengan Cara Membaca dan Artinya
Dengan cepat mengenali tantangan ini, orang tua bisa membantu anak mereka mendapatkan bantuan yang dibutuhkan, baik melalui dukungan di rumah maupun intervensi profesional.
Terakhir orang tua harus berusaha menanamkan kecintaan terhadap membaca pada anak-anak mereka. Ini bisa dilakukan dengan memilih bahan
bacaan yang sesuai dengan minat anak, baik itu cerita petualangan, dongeng, atau buku ilmu pengetahuan.
Ketika membaca menjadi sesuatu yang disukai anak, keterampilan membaca mereka akan meningkat secara alami.
Dengan dukungan yang tepat dari orang tua, anak-anak akan lebih siap dalam mengembangkan keterampilan literasi yang diperlukan untuk sukses di sekolah dan kehidupan sehari-hari.
Peran orang tua bukan hanya sebagai fasilitator, tetapi juga sebagai pendorong utama yang membentuk kebiasaan dan kemampuan membaca anak sejak dini. Perlu digarisbawahi pentingnya peran orang tua dalam proses pembelajaran anak, khususnya dalam hal keterampilan membaca.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Psychologi Today