Konten ini adalah kiriman dari Z Creators Indozone. Yuk, bikin cerita dan konten serumu, serta dapatkan berbagai reward menarik! Let’s join Z Creators dengan klik di sini.
Kemudian, khusus di Kota Stockholm, telah membangun sistem pengumpulan sampah bawah tanah.
Dengan adanya sistem ini, maka memudahkan untuk pengambilan sampah yang sudah ditentukan titik-titik pengumpulannya, dimana kemudian diangkut ke incinerator lalu diubah menjadi energi
Selain sistem-sistem diatas, Swedia juga telah menerapkan ekonimi sirkular dibanding linier, sejak Jili 2020.
Ekonomi sirkular ini bertujuan untuk menciptakan sistem siklus tertutup di mana barang-barang dan produk-produk material dapat terus memberikan manfaat pada masyarakat secara berkelanjutan.
Kosta Rika telah sejak tahun 2007 untuk berencana menjadi negeri bebas karbon. Walaupun target ini baru akan tercapai pada 2050, namun negara ini telah mengandalkan energi terbarukan sepenuhnya lebih dari 300 hari dalam setahun, tentu yang terbaik dibanding negeri-negeri di kawasannya.
Kosta Rika telah resmi menerbitkan UU untuk melarang penjualan dan distribusi kantong plastik sejak tahun 2019, diirngi dengan upaya-upaya untuk mengurangi dampak dari botol plastik.
Selain itu, negara ini juga melakukan penelitian untuk menemukan bahan alternatif ramah lingkungan. Penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Universitas Kosta Rika ini berhasil mengembangkan bahan yang dapat terurai secara hayati yang terbuat dari pisang, dan lima kali lebih kuat daripada plastik.
Walaupun Jepang merupakan penyumbang plastik terbesar kedua setelah Amerika Serikat, namun baru-baru ini Jepang menerapkan perubahan pengelolaan sampah plastik, dengan dipadukan dengan budaya konservasi negeri ini yang cukup unik.
Mereka memiliki filosofi "Jangan buang, Jangan kekurangan", yang berdasar dari kata mottai dan nai. Filosofi yang sudah ada sejak lama ini meresap ke kehidupan masyarakat modern, sehingga mengubah konservasi sumber daya menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan.
Filosofi ini membuat warga Jepang lebih memilih mendaur ulang dan menggunakan kembali barang-barang mereka, mengobservasi nilai dan potensi pada sebuah benda yang mungkin orang lain buang.
Hal ini membuat lebih dari 80 persen masyarakat memilah sampah hingga 10 kategori berbeda untuk dikumpulkan dan didaur ulang. Hal ini diduga juga menjadi penyebab tingkat daur plastik di Jepang lebih dari 85 persen.
Baca Juga: Kisah Influencer Jepang Hirase Airi yang Hidupnya Berubah Usai Operasi Plastik Rp2 Miliar
Selain itu, Jepang juga menerapkan UU yang berlaku sejak April 2022. Isi dari UU ini meliputi dorongan untuk produsen agar menciptakan produk yang mudah di daur ulang, mewajibkan pekerja jaringan hotel dan pengecer besar menggunakan produk plastik yang dapat terurai secara hayati, atau yang terbuat dari bahan daur ulang sebesar 60 persen, serta meminta seluruh toserba dan hotel agar menetapkan biaya untuk barang-barang plastik seperti alat makan dan sikat gigi sekali pakai.
Konten ini adalah kiriman dari Z Creators Indozone. Yuk, bikin cerita dan konten serumu, serta dapatkan berbagai reward menarik! Let’s join Z Creators dengan klik di sini.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Bevi.co