Ilustrasi lansia, milenial dan gen alpha. (Freepik)
INDOZONE.ID - Gen alpha memiliki karakter yang berbeda dibanding generasi lain. Setiap hari teknologi sangat mempengaruhi dunia sekitarnya.
Luma Insights, platform digital marketing yang menyasar berbagai generasi ini melakukan riset sederhana, seputar perilaku gen alpha, lansia, serta inklusivity. Riset dilakukan pada November 2024 dan dirilis pada 2025.
COO Pantarei Sismita Sasmita mengatakan, di dunia marketing perilaku tentang gen alpha belum banyak dibicarakan. Padahal gen alpha menjadi peluang market yang besar bagi sebuah brand atau community.
"Gen alpha bisa menjadi next market. Mereka memandang dunia ini penting, lihat sosok figur dan gender bagaimana brand berkomunikasi dan touching the hearth," kata Sismita dalam acara Perayaan 21 Tahun Pantarei di Jakarta.
COO Pantarei Sismita Sasmita. (Indozone)
Baca Juga: Fakta Unik Gen Alpha: Apa Bedanya dengan Gen Z?
Selain itu, gen alpha juga identik punya pengalaman mendalam (immersive experience). Mereka menganggap dunia nyata dan dunia maya tidak ada perbedaan.
Karena itu, pelaku digital marketing sudah harus menyasar gen alpha. Salah satunya dengan membuat konten kreatif dan edukatif yang penting untuk mereka di sosial media.
"Kita manfaatkan komunikasi dengan konten, berbagai macam dinamika penemuan. Untuk brand kita ciptakan aspirasi untuk gen alpha ini, itu semua ada alasan positif," terangnya.
Menurut Sismita, karakter setiap generasi itu berbeda. Milenial dan gen z itu mirip, tapi dengan gen alpha ada perbedaan.
“Kalau pengalaman dengan brand, kita berikan value for money, kenapa kita beli produk A, bisa menguntungkan kita atau tidak. Belum banyak yang doing own dan mereka selalu sisi keuntungan apa yang gue bayarin, gen z sedikit mirip dengan gen alpha, tapi gen alpha lebih keras dan arahannya lebih ekstrem lagi," ungkapnya.
Baca Juga: Riset BKKBN: Keluarga di Indonesia Dinilai Tetap Bahagia Walaupun Kondisi Ekonomi Rendah
Berikutnya, Luma Insights juga melaporkan riset dengan responden lansia dan kaum inclusivity. Seperti apa?
"Selain gen alpha, kita juga bgobrol sama bapak dan ibu yang lebih mature. Ternyata banyak orang yang mature masih bekerja, bahkan di Indonesia pensiun di usia 59 tahun," ujarnya.
Yap, sebagian dari mereka tidak ingin kehilangan rutinitas. Karena itu, bekerja menjadi satu pilihan di masa tua.
"Bekerja jadi satu pilihan, mereka sebagian tidak bisa kalau gak kerja. Ini jadi kesempatan untuk sebuah brand, geberasi sebelumnya perlu literasi finansial dan tenang pensiunnya" kata Sismita.
Sementara pada kelompok inklusivity, banyak masyarakat masih mengalami kesulitan mengakses fasilitas publik. Cotohnya di public transportation dan udara.
"Mereka punya keterbatasan fisik dan butuh alat bantu, misal lansia, disabilitas, kita ingin tunjukkan koneksi ke audiens kita dan masuk ke komunitas yang membutuhkan," tutupnya.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Liputan Langsung