Lady Murasaki, sebagai penulis, berasal dari keluarga aristokrat Fujiwara yang berpengaruh, yang memberinya akses pendidikan yang jarang didapatkan oleh perempuan pada masanya.
Pendidikan ini memungkinkannya untuk mengakses literatur sastra Tiongkok dan ajaran Buddha, yang kelak memengaruhi karya-karyanya. Beberapa sumber menyebutkan bahwa Genji Monogatari mungkin ditulis saat Lady Murasaki berada dalam masa berduka setelah kehilangan suaminya.
Ada juga pendapat bahwa novel ini mungkin merupakan kumpulan cerita yang ditulis selama periode panjang. Terlepas dari proses penulisannya, karya ini tetap menunjukkan keindahan dan konsistensi yang jarang ditemukan dalam sastra pada zaman itu.
Hingga kini, Genji Monogatari tetap menjadi inspirasi besar dalam sejarah sastra Jepang. Karya Lady Murasaki ini telah memengaruhi banyak karya sastra berikutnya, termasuk puisi dan drama Noh, serta menjadi bahan studi penting bagi para sarjana sastra.
Daya tariknya tidak hanya terletak pada alur ceritanya yang mendalam, tetapi juga pada cara Murasaki mengeksplorasi dilema moral dan emosi manusia secara realistis, membuat karya klasik ini tetap relevan dan dikenang sepanjang masa.
Baca Juga: Victoria Kjaer Theilvig, si Cantik Miss Universe Pertama dari Denmark!
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Maki, J. M. (1940). Lady Murasaki And The Genji Monogatari.