Berikut ini beberapa motif lurik yang memiliki makna simbolis.
Corak Lurik Kluwung.
Kluwung, yang berarti pelangi, mencerminkan keajaiban alam dan kebesaran Sang Pencipta. Motif ini dianggap sakral dan memiliki kekuatan penolak bala.
Pola ini digambarkan dengan garis-garis lebar berwarna-warni seperti pelangi. Kluwung sering digunakan dalam upacara seperti mitoni, labuhan, dan mantenan untuk melambangkan harapan keselamatan dan kebahagiaan.
Corak Lurik Tuluh Watu.
Arti harfiah Tuluh Watu adalah "batu bersinar". Motif ini diyakini memiliki energi magis untuk melindungi dari bahaya.
Biasanya dipakai dalam upacara ruwatan dan labuhan, motif ini juga melambangkan kekuatan dan kebijaksanaan.
Corak Lurik Tumbar Pecah.
Motif ini menggambarkan biji ketumbar yang dipecah hingga mengeluarkan aroma harum, simbol kelancaran dan harapan.
Digunakan dalam upacara mitoni, Tumbar Pecah melambangkan doa agar ibu dan bayi selamat serta bayi tumbuh menjadi pribadi yang bermanfaat.
Corak Lurik Lompatan atau Liwatan.
Motif ini digunakan dalam upacara mitoni untuk melindungi ibu hamil dari bahaya.
Kain panjang bermotif ini dikenakan sebagai kemben yang diikat dengan stagen pada perut.
Corak Lurik Telupat.
Motif ini terdiri atas tujuh lajur yang menggabungkan pola tiga dan empat, mewakili angka keramat dalam tradisi Jawa.
Diciptakan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono I, motif ini melambangkan keberkahan, kemakmuran, dan perlindungan Ilahi.
Corak Lurik Sapit Urang.
Menggambarkan strategi perang, Sapit Urang melambangkan taktik melumpuhkan musuh dari kedua sisi.
Motif ini biasa digunakan oleh prajurit keraton.
Corak Lurik Udan Liris.
Udan Liris, yang berarti "gerimis", melambangkan kesuburan dan kemakmuran.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Jurnal Humaniora