Sosialisasi sejak kecil memainkan peran penting dalam bagaimana laki-laki dan perempuan mengekspresikan emosi.
Di banyak budaya, perempuan didorong untuk lebih terbuka secara emosional, sementara laki-laki sering diajarkan untuk lebih menjaga emosi mereka dan tampil kuat.
Akibatnya, perempuan mungkin tampak lebih emosional karena mereka lebih bebas mengekspresikan perasaan mereka, sedangkan laki-laki mungkin tampak kurang emosional karena norma sosial membatasi mereka.
Studi menunjukkan bahwa meskipun perempuan cenderung menunjukkan emosi lebih sering atau lebih terbuka, laki-laki dan perempuan sebenarnya memiliki intensitas emosi yang relatif sama.
Sebuah penelitian di Journal of Personality and Social Psychology menemukan bahwa laki-laki dan perempuan tidak memiliki perbedaan signifikan dalam frekuensi pengalaman emosional, tetapi perbedaannya terletak pada cara mereka mengekspresikan dan memproses emosi tersebut.
Perempuan sering dianggap lebih emosional karena norma sosial dan cara mereka mengekspresikan emosi, sementara laki-laki mungkin lebih menekan emosi mereka karena tuntutan budaya yang mendorong maskulinitas yang lebih "tangguh."
Pada kenyataannya, baik laki-laki maupun perempuan sama-sama memiliki kapasitas emosional yang kuat, hanya saja mereka mengekspresikannya dengan cara yang berbeda.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: American Psychological Association