INDOZONE.ID - Meskipun GERD sering dianggap sebagai masalah pencernaan ringan, tapi dalam jangka panjang kondisi ini dapat menimbulkan komplikasi serius, salah satunya adalah Barrett's Esophagus.
Barrett's Esophagus adalah suatu kondisi di mana lapisan datar berwarna merah muda pada saluran kerongkongan, yang menghubungkan mulut ke lambung rusak akibat refluks asam, yang menjadi penyebab lapisan tersebut menebal dan menjadi merah.
Awal mulanya penyakit refluks gastroesofagus (GERD) muncul adalah rusaknya sfingter esofagus bagian bawah (LES), yang menjadi penyebab kerusakan asam dan kimia pada esofagus.
Baca Juga: Mengenal Refluks Asam Lambung (GERD): Gejala, Penyebab, Diagnosis, dan Pengobatannya
Barrett's Esophagus ini sering dikaitkan dengan peningkatan risiko terkena kanker esofagus.
Meskipun risikonya kecil, namun penting untuk melakukan pemeriksaan rutin dengan pencitraan yang cermat dan biopsi kerongkongan yang ekstensif, untuk memeriksa apakah ada sel prankanker atau tidak.
Jika sel-sel prakanker ditemukan, bisa langsung diobati untuk mencegahnya kanker esofagus.
Barrett's Esophagus tidak memiliki gejala apa pun. Namun, karena banyaknya orang menderita penyakit tersebut berawal dari GERD, biasanya mereka akan sering mengalami sakit maag.
Salah satu gejala yang bisa dikenali saat mengalami GERD, bisa dilihat di bawah ini:
Faktor Risiko Barrett's Esophagus
Menurut keterangan Harry Aslanian, MD, seorang ahli gastroenterologi di Rumah Sakit Kanker Smilow dan profesor Kedokteran di Fakultas Kedokteran Yale, tidak semua pasien GERD akan mengalami Barrett's Esophagus, dan sebagian besar kasus ini tidak berkembang ke tahap prakanker.
Sedangkan berdasarkan studi yang diterbitkan oleh American Gastroenterological Association menemukan bahwa pada 2012 hingga 2019, tingkat Barrett's Esophagus ini meningkat hingga 50 persen pada orang dewasa yang berusia 45 hingga 64 tahun.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Mayo Clinic, Yale New Haven Hospital