Puasa intermiten ini memiliki manfaat untuk mencegah risiko kanker.
"Justru puasa intermiten untuk mencegah kanker," kata Ketua Umum YKI Prof. DR. dr. Aru Wisaksono Sudoyo, SpPD-KHOM, FINASIM, FACP.
Menurut Prof. Aru, pembagian waktu yang bagus untuk puasa intermiten adalah 16/8 atau 16 jam berpuasa dan 8 jam makan. Selain itu, bisa juga diterapkan diet OMAD (One Meal a Day) yaitu makan satu kali dalam sehari.
Puasa intermiten dianjurkan untuk mencegah kanker karena ketika tidak mendapatkan asupan makanan, metabolisme tubuh akan mengonsumsi sel-sel tidak berdaya atau berbahaya, termasuk sel kanker.
Baca Juga: Mengenal Diet IF, Puasa Intermiten untuk Turunkan Berat Badan hingga Jaga Kesehatan Otak
"Badan kamu nanti akan kebingungan mencari energi, jadi dia mengambil sel-sel yang tidak ada gunanya dalam tubuh, sel-sel yang beracun, sel-sel yang toksik. Kita harapkan sel-sel kanker yang baru mau mulai dia dimakan sama tubuh," ujar Aru.
Ketika sudah memasuki jam makan, lebih lanjut Prof. Aru menegaskan pentingnya mengonsumsi makanan dengan gizi seimbang.
Ia juga menyarankan untuk mengurangi atau menghindari konsumsi daging merah dan ultra processed food, makanan yang sudah diproses secara industri dan mengandung banyak bahan tumbuhan.
"Pada jam makannya harus yang bagus. Makan yang seimbang, ada sayur, buah, karbohidratnya jangan banyak-banyak, protein, yang penting jangan kebanyakan daging merah," sambungnya.
Puasa intermiten ini bisa dilakukan lima hari dalam seminggu, selang-seling, atau pola jadwal lain yang sesuai dengan keinginan.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Liputan Langsung