Dokter Ortopedi Eka Hospital dr. Ricky Edwin P Hutapea, Sp.OT (K) Hip and Knee. (INDOZONE/Dewi)
INDOZONE.ID - Dulu masyarakat Indonesia mengandalkan pijat kretek sebagai solusi saat mengalami cedera, termasuk masalah pada lutut. Metode ini diwariskan turun-temurun, dipercaya mampu meluruskan sendi yang bergeser atau meredakan nyeri dengan teknik pijatan khas yang menimbulkan bunyi kretek.
Meski sering memberikan rasa lega sementara, pijat kretek belum tentu menjawab kebutuhan medis jangka panjang. Terutama pada kasus cedera lutut kronis akibat osteoarthritis atau kerusakan sendi.
Namun, dalam 10 tahun terakhir, dunia medis mengalami lompatan besar melalui teknologi kesehatan. Salah satunya dengan hadirnya alat Velys Robotic-Assisted Total Knee Replacement dalam operasi penggantian sendi lutut.
Teknologi ini bukan sekadar alat bantu, tapi menjadi perpanjangan tangan dokter untuk menciptakan presisi dan hasilnya jauh lebih optimal.
Banyak keunggulan yang ditawarkan mulai dari perencanaan operasi yang lebih akurat, presisi tinggi, recovery pasca operasi lebih cepat, serta potensi hasil yang lebih baik.
Baca Juga: Lutut Mulai Nyeri? Kenali Osteoartritis dan Jenis Perawatannya
Dokter Ortopedi Eka Hospital dr. Ricky Edwin P Hutapea, Sp.OT (K) Hip and Knee. (INDOZONE/Dewi)
Menurut seorang Dokter Ortopedi Eka Hospital dr. Ricky Edwin P Hutapea, Sp.OT (K) Hip and Knee, yang telah menggunakan teknologi robotik sejak tahun lalu, penggunaan alat ini memerlukan proses adaptasi dan pelatihan berlapis.
“Kita mulai dari kursi pelatihan, belajar teorinya dulu, lalu simulasi tugas, dan naik ke penggunaan sawbone yaitu model tulang yang artificial. Lalu sudah bisa pakai robot, baru kita maju lagi ke mayat. Kalau sudah handal, baru kita operasi pasien,” ujar dr Ricky kepada Indozone.
Menariknya, sang dokter menyebut bahwa robot ini layaknya peramal medis. Dengan robot, ia bisa dengan mudah mengakomodir operasi dan melihat lebih dulu hasilnya, yang sangat efektif untuk pasien.
Baca Juga: 4 Tips Berpuasa yang Menyenangkan untuk Lansia, Ibadah Lancar Lutut Aman
“Seperti saya bisa mempunyai suatu peramal. Jadi alat itu berguna sebagai peramal saya, misalnya kalau saya pasang size seperti ini hasilnya seperti apa? Jadi saya seperti punya contekan masa depan. Itu yang saya bisa pakai benar-benar untuk menghasilkan hasil yang terbaik,” ungkapnya.
Salah satu pengalaman yang tak terlupakan adalah ketika pasien usia 60-an yang awalnya skeptis bisa berdiri hanya beberapa jam setelah operasi. Bahkan ia sudah mengalami osteoarthritis ini 5 tahun lamanya.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Liputan Langsung