INDOZONE.ID - Dalam kehidupan yang penuh kesulitan, ada satu nama yang terus dikenang karena dedikasinya untuk pendidikan anak-anak miskin di China.
Bai Fangli, seorang pria tua renta yang bekerja sebagai tukang becak, telah menjadi inspirasi bagi banyak orang.
Meski hanya memiliki penghasilan yang pas-pasan, Fangli mampu menyekolahkan 300 anak miskin melalui jerih payahnya mengayuh becak dari pagi hingga malam.
Baca Juga: Tren Baru di China: Panti Jompo untuk Anak Muda yang Lelah dan Stres Akibat Pekerjaan
Setiap hari, dari jam 6 pagi hingga 8 malam, Bai Fangli terus mengayuh becak di jalanan Tianjin tanpa mengenal lelah.
Bukan untuk memperkaya diri, melainkan demi tujuan mulia: membantu anak-anak miskin di kampung halamannya mendapatkan pendidikan yang layak.
Melihat anak-anak yang seharusnya belajar, namun justru harus bekerja di ladang, membuat hatinya tergerak.
Baca Juga: Viral, Momen Presiden Putin Mencium Al Quran Saat Kunjungan ke Masjid Nabi Isa di Chechnya
Pada awalnya, Fangli menyumbangkan seluruh tabungannya sebesar 10 juta rupiah ke sebuah sekolah agar anak-anak di kampungnya bisa melanjutkan pendidikan. Namun, niat baiknya tidak berhenti di situ.
Setiap hari, Bai Fangli selalu menyisihkan sebagian dari penghasilannya untuk diberikan kepada sekolah-sekolah lain.
Meski kesehatannya semakin memburuk seiring waktu, ia tetap konsisten melakukan ini selama bertahun-tahun.
Baca Juga: Korea Selatan Beri Bantuan hingga Rp826 Juta untuk Pasangan yang Pacaran dan Berencana Menikah
Ketika usianya mencapai 74 tahun, anak-anaknya meminta Fangli untuk berhenti bekerja karena pendengarannya yang sudah mulai berkurang.
Namun, ia tetap gigih mengayuh becak demi misi hidupnya.
“Saya berharap anak-anak bisa terus bersekolah dengan tekun, mendapatkan pekerjaan, dan akhirnya memberikan kontribusi kepada negara kita,” katanya dengan harapan besar.
Baca Juga: Viral Pria di Amerika Serikat Dipenjara 28 Tahun Akibat Tuduhan Pemerkosaan Berdasarkan Mimpi
Pada usia 90 tahun, Fangli mendatangi sebuah sekolah untuk menyerahkan tabungan terakhirnya sebesar 650.000 rupiah.
Dengan suara lirih, ia berkata, "Saya sudah tidak mampu lagi mengayuh becak. Mungkin ini adalah donasi terakhir yang dapat saya berikan."
Baca Juga: Menurut Studi: 45% Wanita Diperkirakan Single dan Tanpa Anak di 2030, Apa Dampaknya?
Beberapa bulan setelah itu, pada tahun 2005, Bai Fangli meninggal dunia. Kepergiannya meninggalkan duka mendalam, terutama di kampung halamannya, Tianjin.
Warga setempat kemudian mendirikan sebuah monumen yang diberi nama Monumen Bai, sebagai penghargaan atas dedikasinya yang luar biasa dan menjadi kisah inspiratif yang terkenal.
Baca Juga: Populasi Muslim Meningkat, Mall di Jepang Kini Sediakan Fasilitas Salat
Selama hidupnya, beliau terkenal sebagai tukang becak yang sekolahkan 300 anak miskin di China telah tercatat bahwa Bai Fangli telah menyumbangkan total 470 juta rupiah untuk pendidikan anak-anak miskin.
Kisah Bai Fangli mengajarkan kita bahwa kebaikan dan pengorbanan, meski datang dari mereka yang memiliki sedikit, dapat membawa perubahan besar dalam hidup orang lain.
Bai Fangli mungkin telah tiada, namun warisannya akan terus hidup dalam hati dan pikiran banyak orang.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: China Morning Post