Selasa, 03 JUNI 2025 • 16:05 WIB

Nol Korban Jiwa di Longsor Gletser Gunung Alpen Swiss, Sebuah Pelajaran Berharga untuk Mitigasi Bencana di Indonesia

Author

Penampakan Desa Blatten di Swiss yang lenyap usai diterjang longgsor salju Penggunungan Alpen.

INDOZONE.ID - Negara Swiss, sebuah negara yang terletak di sebelah selatan Jerman dan sebelah utara Italia, memang sangatlah memanjakan mata.

Tentu, kamu pasti juga sudah melihat kecantikan negara yang dikelilingi oleh Pegunungan Alpen ini, yang didukung dengan suasana lingkungan yang tenang, utamanya di desa-desa nya.

Hanya saja, mengingat adanya Gunung Alpen yang mengelilingi negara ini, bencana alam pun dapat mengintai kapan saja.

Seperti yang baru saja terjadi Mei lalu, di mana terjadi bencana alam longsoran gletser Gunung Alpen, yang kemudian dalam sekejap mengubur sebuah desa di lerengnya bernama Desa Blatten.

Baca Juga: 5 Zodiak Ini Paling Sering Jadi 'Orang Ketiga' di Hubungan Sepasang Kekasih

Nah yang menarik perhatian, ternyata seluruh 300 jiwa penduduk di Desa Blatten, bersama dengan hewan ternak sapi, berhasil terselamatkan semua lho! Bagaimana bisa? Ya, karena, langkah-langkah mitigasi bencana di negeri tersebut berjalan sangat baik, di mana prosesnya meliputi:

  • Evakuasi warga, yang sudah dilakukan sejak beberapa minggu sebelumnya.
  • Pemantauan pergerakan tanah yang sudah dilakukan sejak lama.
  • Pemerintah lokal sat set bergerak mengevakuasi warga, walaupun berarti harus mengevaskuasi seluruh desa.

Tentu, proses mitigasi yang sangat terstruktur tersebut bisa terwujud karena memang dirancang dan dilaksankan secara serius.

Selain itu, kerja sama antar pihak, yaitu pemerintah, warga, serta akademisi, juga menjadi aspek yang vital mengapa mitigasi bencana di negeri tersebut berjalan sangat baik.

Baca Juga: Viral! Anak Bully Asisten Rumah Tangga hingga Kabur, Reaksi Tegas Sang Ibu Tuai Pujian

Penyebab sulitnya mitigasi bencana di Indonesia

Nah, tentu hal ini masih cukup sulit terjadi di Indonesia, yang menyebabkan mitigasi berjalan tidak baik dan berakhir timbulnya korban jiwa yang banyak.

Beberapa hal, seperti warga yang sulit diajak mengungsi karena lebih percaya “Juru Kunci“ ketimbang pihak berwenang dan akademisi, pemeliharaan alat pendeteksi bencana yang tidak berjalan serius, dan bahkan, alat pendeteksi bencana yang hilang dicuri, adalah beberapa hal yang sering kita dengar, yang menjadi pemicu buruknya mitigasi bencana di Indonesia.

Dikutip dari penelitian Fadilla pada tahun 2022, yang meneliti tentang mitigasi bencana gempa bumi di Kabupaten Muko-Muko, dua hal yang menjadi penghambat proses mitigasi bencana yaitu, rendahnya kesadaran warga, dan pengadaan sarana dan prasarana yang minim.

Berbicara tentang rendahnya kesadaran warga, memang, masih banyak yang berpikir, bahwa bencana alam itu semata-mata hanya tentang kehendak alam, takdir, atau nasib.

Tak hanya itu, seperti yang terjadi di Muko-Muko, warga menganggap bahwa gempa bumi adalah hal yang “biasa“ karena sudah sering terjadi. Dan juga, balik lagi, banyak warga yang lebih percaya juru kunci ketimbang pihak berwenang dan akademisi.

Kemudian terkait sarana dan prasarana, sebagai pihak yang berwenang, memang, sudah seharusnya pemerintah mampu dan mau menyediakan sarana dan prasarana lengkap untuk keperluan deteksi bencana alam.

Selain itu, pemeliharaan alat-alat tersebut juga harus diperhatikan dengan saksama, agar alat tidak rusak dan dapat selalu berjalan dengan semestinya.

Nah, sebagai warga, juga harus memiliki kesadaran yang tinggi akan alat-alat untuk menjaga berbagai alat-alat deteksi bencana.

Di Indonesia, masih banyak terjadi pencurian alat deteksi bencana, atau pencurian komponen-komponen dari alat deteksi bencana, yang tentunya hal ini sangatlah menghambat mitigasi bencana, padahal pemerintah sudah susah payah menyediakan alat tersebut.

Kemudian, hal lain yang perlu diperhatikan terkait mitigasi bencana, yaitu edukasi tentang mitigasi bencana, dan juga pembangunan infrastruktur tahan bencana

Di Indonesia, memang masih sangat minim edukasi tentang bagaimana menghadapi bencana. Kita ambil contoh di Swiss dan Jepang, di mana banyak warga yang selamat dari bencana alam, dikarenakan mereka sudah terlatih untuk bertindak saat bencana terjadi.

Edukasi terkait mitigasi bencana memang harus semakin masif dilakukan, seperti di sekolah, kantor, dan tempat umum.

Lalu terkait infrastruktur, hal penting yang harus dilakukan di Indonesia antara lain, penerapan standarisasi bangunan tahan gempa, serta membangun drainase yang optimal sehingga tidak menyebabkan air hujan menumpuk yang nantinya memicu banjir.

Dengan makin kokohnya bangunan dan infrastruktur serta makin pahamnya masyarakat tentang mitigasi, maka dampak dari bencana alam akan semakin bisa untuk ditekan.

Nah, yang terakhir, yang juga tidak kala pentingnya, yaitu harus terjalin kerja sama yang baik antara pemerintah dan masyarakat.

Untuk pemerintah, tentu harus lebih tegas lagi untuk menerapkan aturan-aturan terkait bencana alam, memudahkan masyarakat untuk mengakses edukasi mitigasi bencana, serta memudahkan berbagai hal untuk mewujudkan pembangunan infrasturktur yang layak dan tahan bencana alam.

Untuk masyarakat sendiri, ayolah, tingkatkan kesadaran terkait bencana alam. Sebagai masyakarat, kita tidak boleh menganggap remeh bencana alam dalam bentuk apapun, selalu menuruti perintah dari pihak berwenang dalam proses mitigasi bencana, belajar untuk memahami prediksi bencana alam dari para akademisi, serta ikut serta membantu pemerintah dalam pemeliharaan alat-alat deteksi bencana alam.

Pada akhirnya, bencana alam memang tidak pernah kita ketahui kapan datangnya. Namun, hal ini lantas tidak menjadikan kita hanya diam dan pasrah menerima begitu saja tanpa adanya usaha, melainkan justru menjadikan kita untuk terus bekerja sama saling bahu membah


Banner Z Creators.

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber: Jurnal Pendidikan Tambusai