INDOZONE.ID - Stres dan kecemasan telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan modern. Dari tuntutan pekerjaan hingga masalah keluarga, berbagai situasi dapat memicu tekanan psikologis yang berdampak langsung pada kesehatan tubuh, terutama pada tekanan darah. Ketika seseorang mengalami stres, tubuh akan merespons dengan melepaskan hormon-hormon tertentu yang menyebabkan tekanan darah meningkat.
Ilustrasi stres, anxiety, dan panic attack
Menurut Dr. Sergio Baratta, Kepala Kardiologi di Rumah Sakit Universitas Austral, situasi stres akut dapat menyebabkan peningkatan sementara tekanan darah. Ia menekankan bahwa bila kondisi ini terus berlangsung atau menjadi kronis, maka akan berisiko menyebabkan hipertensi atau tekanan darah tinggi. Hipertensi adalah salah satu faktor utama penyebab penyakit jantung dan stroke.
Dr. María Bárbara Nigro menjelaskan bahwa ketika seseorang berada dalam kondisi stres, tubuh mengeluarkan hormon adrenalin dan kortisol. Kedua hormon ini berfungsi untuk mempersiapkan tubuh menghadapi situasi darurat. Namun, efek sampingnya adalah denyut jantung yang meningkat dan penyempitan pembuluh darah, sehingga tekanan darah melonjak.
Baca Juga: Awas! Ternyata Ini Penyebab dan Gejala Tekanan Darah Tinggi pada Anak Muda
Meski tubuh memiliki kemampuan untuk menstabilkan tekanan darah setelah stres mereda, namun paparan stres kronis dapat mengganggu sistem tersebut. Hal ini menyebabkan tekanan darah tetap tinggi dalam jangka panjang, memperbesar risiko komplikasi kardiovaskular. Oleh karena itu, penting bagi setiap individu untuk mengenali dan mengelola stres sedini mungkin.
Stres dan kecemasan juga dapat mempengaruhi perilaku sehari-hari. Banyak orang merespons stres dengan merokok, mengkonsumsi alkohol berlebihan, makan tidak sehat, atau kurang tidur. Semua faktor tersebut turut memperparah risiko hipertensi. Dengan kata lain, dampak stres tidak hanya langsung, tetapi juga tidak langsung melalui perubahan gaya hidup.
Strategi manajemen stres seperti meditasi, olahraga, dan teknik pernapasan dapat membantu mengontrol respons tubuh terhadap tekanan. Aktivitas fisik, khususnya, telah terbukti efektif dalam menurunkan tekanan darah serta memperbaiki suasana hati. Dengan melibatkan tubuh dalam aktivitas sehat, produksi hormon stres pun dapat ditekan.
Ilustrasi meditasi untuk meningkatkan kualitas tidur. (freepik.com)
Penting juga untuk membangun jaringan sosial yang kuat. Berbagi cerita dan dukungan dengan teman atau keluarga dapat meringankan beban emosional dan mengurangi kecemasan. Terapi psikologis seperti konseling atau terapi perilaku kognitif juga disarankan bagi individu yang mengalami stres berat secara terus-menerus.
Baca Juga: 7 Manfaat Meditasi Berjalan untuk Kurangi Stres dan Tingkatkan Kualitas Tidur
Dalam jangka panjang, mengelola stres tidak hanya mencegah hipertensi, tetapi juga meningkatkan kualitas hidup secara keseluruhan. Kesehatan mental dan fisik adalah dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan. Dengan menjaga keseimbangan emosional, kita turut menjaga kesehatan jantung dan tubuh secara menyeluruh.
Maka dari itu, mengenali tanda-tanda stres dan mencari bantuan ketika dibutuhkan adalah langkah bijak. Kesadaran akan hubungan antara stres dan tekanan darah tinggi dapat menjadi kunci pencegahan yang efektif dalam menghadapi risiko kesehatan jantung di masa depan.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Infobae.com