Atau dalam aspek hubungan, salah satu pasangan sering melampiaskan kemarahannya yang didasarkan pada rasa frustasi mereka entah karena ada tekanan di tempat kerja, masalah personal dengan orang tua yang nggak diceritakan, perasaan rendah diri yang membuatnya berakhir menyalahkan dan membandingkan pasangannya dengan orang lain, atau menuduh pasangannya berselingkuh.
Dalam aspek sosial budaya, prasangka dan stereotip juga kadang bisa melibatkan proyeksi sifat atau perilaku tertentu pada individu berdasarkan latar belakang budaya atau ras mereka yang menyebabkan terjadinya diskriminasi.
Sementara proyeksi emosi dalam bentuk positif biasanya berkaitan dengan kepercayaan individu yang memproyeksikan kualitas atau emosi positifnya kepada orang lain, di mana mereka menganggap bahwa orang lain punya kemampuan dan kebaikan yang sama dengan mereka.
Meskipun kesannya positif, proyeksi ini juga bisa memicu ketegangan atau kecemburuan karena dianggap terlalu memasang ekspektasi berlebih kepada orang lain.
Proyeksi emosi yang dilampiaskan secara nggak sehat tentu akan memberikan dampak negatif baik untuk diri sendiri maupun orang lain.
Ini dikarenakan proyeksi emosi membuat individu sering melampiaskan amarahnya yang berujung menyalahkan orang lain.
Sehingga orang yang menjadi sasarannya bisa merasakan bingung, sakit hati, dan kesal yang dapat meretakkan hubungan.
Meskipun emosi yang dikeluarkan bisa membuat seseorang jadi lega, proyeksi emosi bisa menyebabkan miskomunikasi karena kurangnya interaksi dua arah untuk menyelesaikan masalah.
Kebanyakan orang yang melakukan proyeksi emosi sering nggak sadar bahwa luapan amarahnya udah melampaui batas.
Mereka mungkin akan merasakan lega di awal, namun setelahnya juga diikuti rasa bersalah, penyesalan, bahkan frustasi yang membuat ketidakstabilan emosional yang berkelanjutan.
Baca Juga: 7 Jus Buah Alami untuk Meredakan Radang Tenggorokan
Proyeksi emosi yang nggak terkendali bisa membuat pola negatif yang terus berulang dan hal itu lah yang juga bisa membuat seseorang terjebak dalam rantai beracun (toxic) di lingkungannya.
Proyeksi emosi yang dilakukan secara berulang bisa memicu individu tenggelam pada masalah kesehatan mental yang semakin parah.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Simply Psychology, Masteringanger.com