Oleh: Ika
Apa kabar sepagi ini
Saat aku keluar dari selimut tebal
dan juga tumpukan bantal
Hanya sunyi
Ke mana sisa bulan semalam
Hanya kabut putih halus
Menemani pohon-pohon bersulam
Butiran embun di pucuk pinus
Apa kabar sepagi ini
Masihkah di sana genderang perang berbunyi
Pertikaian meminta tumpahan darah
Dari ambisi yang tak sudah
Saudaraku di Palestina
Siraman air membasuh, dingin menguasai raga
Mari bersama kita sujud pada-Nya
Sebab Dia yang akan menjaga
Oh selembar kabut tipis di kepala
Sekejap menjadi cahaya di dada
Dunia yang fana tak kan jadi berhala
Kisah perang hanyalah balada
Oleh: Yusya Bin
Hujanku dan hujanmu sangatlah berbeda
Hujanku
Di saat awan hitam menyelimuti langit oranye senja ini
Rintik hujan mulai berjatuhan
Bersama kenangan yg menyeruak seiring jatuhnya air ke tanah
Rasa cinta beriringan membentuk gemercik di pinggir jendela
Sedang hujanmu
Tak nampak gerombolan bahkan setetespun air yang terjatuh
Namun selongsong peluru yang berjatuhan dari langit
Ratusan roket jatuh di atasmu
Mengenai anak-anak yang tidak berdosa
Namun hanya dibalas dengan lemparan batu
Jangankan untuk menikmati hujan, sekadar tuk hidup tenang pun tidak bisa
Ya Robb
Bagaimana aku bisa menikmati hujanku dengan leha-leha Sedangkan mereka di sana sibuk dengan hujannya yang begitu sakit
Tanahku memang ribuan kilo jaraknya denganmu
Namun kepedihan hujanmu amatlah mengiris hatiku
Baca Juga: FOTO: Badut-badut Menghibur Warga Palestina di Gaza
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: