Kategori Berita
Media Network
Minggu, 20 OKTOBER 2024 • 19:40 WIB

Mengenal Slametan dalam Masyarakat Jawa di Era Milenial

Ilustrasi makan bersama dalam tradisi slametan pada masyarakat Jawa.

INDOZONE.ID - Slametan merupakan tradisi doa bersama untuk keselamatan yang telah lama ada di masyarakat Jawa. Hingga kini, tradisi ini tetap dijaga dan dilakukan oleh banyak orang.

Asal-usul slametan berasal dari kepercayaan kuno masyarakat Jawa. Pada masa itu, orang Jawa percaya pada kekuatan roh nenek moyang yang dapat memberikan perlindungan.

Meski demikian, tradisi ini terus dijaga dan dilestarikan hingga saat ini. Namun, perubahan waktu membuat tradisi ini mengalami pergeseran di zaman modern.

Menurut penelitian berjudul “Slametan: Perkembangannya Dalam Masyarakat Islam-Jawa di Era Mileneal” yang diterbitkan pada Jurnal Ikadbudi tahun 2018, menyebutkan slametan di era milenial telah berubah bentuknya akibat teknologi dan gaya hidup modern.

Perjalanan Slametan di Masa Hindu-Buddha dan Islam

Ketika agama Hindu-Buddha datang ke Jawa, tradisi slametan tidak hilang. Bentuk dan simbolnya berubah, tetapi inti dari tradisi ini tetap bertahan.

Baca Juga: Rayakan Kembul Bujana Pakai Daun Pisang, Ide Syukuran Sederhana dan Low Budget!

Saat agama Islam mulai berkembang di Jawa, tradisi slametan kembali mengalami perubahan. Wali Songo menyelaraskannya dengan ajaran Islam, tanpa menghilangkan makna inti dari slametan.

Makna Simbolis dalam Tradisi Slametan

Dalam setiap slametan, sesaji dan makanan yang disajikan memiliki makna simbolis. Salah satu contohnya adalah tumpeng, yang melambangkan hubungan manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.

Esensi dari slametan adalah memohon keselamatan dan kesejahteraan, baik di dunia maupun di akhirat.

Ini merupakan bentuk ketaatan kepada Tuhan yang telah dilakukan secara turun-temurun.

Slametan di Era Milenial

Di era milenial, slametan tetap dilakukan meskipun beberapa elemen berubah. Teknologi dan gaya hidup modern mulai mempengaruhi cara masyarakat melaksanakan tradisi ini.

Di desa, slametan masih dilakukan dengan kuat. Namun, sesaji yang dulu rumit kini berubah menjadi lebih praktis, seperti ayam ingkung yang diganti dengan ayam goreng siap saji.

Transformasi Slametan di Perkotaan

Di kota-kota besar, tradisi slametan berubah nama menjadi syukuran atau tasyakuran. Bentuknya lebih sederhana dan praktis, dengan esensi yang tetap sama, yaitu doa bersama.

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber: Jurnal Ikadbudi

BERITA TERKAIT
BERITA TERBARU

Mengenal Slametan dalam Masyarakat Jawa di Era Milenial

Link berhasil disalin!