Pengadopsian pembelajaran secara digital telah menimbulkan kekhawatiran dari badan pendidikan dan kebudayaan PBB.
Dalam sebuah laporan, UNESCO mendesak negara-negara untuk mempercepat koneksi internet di sekolah-sekolah.
Namun pada saat yang sama, mereka juga memperingatkan bahwa teknologi dalam pendidikan harus diterapkan dengan cara yang tidak menggantikan instruksi langsung dari guru dan mendukung tujuan bersama dari pendidikan berkualitas untuk semua.
Dengan kata lain, tidak semua kegiatan pembelajaran digantikan dengan teknologi, melainkan sebagai tambahan atau bantuan untuk sumber daya yang sudah ada.
Seorang siswa kelas tiga di sekolah dasar Djurgardsskolan di ibu kota Swedia, Liveon Palmer mengungkapkan persetujuannya untuk menghabiskan lebih banyak jam sekolah secara offline.
"Saya lebih suka menulis di sekolah, seperti di atas kertas, karena rasanya lebih baik," katanya kepada Associated Press.
Guru mereka, Catarina Branelius, mengatakan bahwa dia sangat selektif dalam meminta siswa menggunakan tablet selama pelajarannya, bahkan sebelum adanya perhatian terhadap penggunaan perangkat digital di tingkat nasional.
Baca Juga: Cuma Karena Lupa Bawa Buku Pelajaran, Seorang Guru Coret Muka Muridnya dengan Angka 100
"Saya menggunakan tablet untuk pelajaran matematika dan kami menggunakan beberapa aplikasi, tetapi saya tidak menggunakan tablet untuk menulis teks," kata Branelius.
Untuk mengatasi penurunan kemampuan membaca kelas empat di Swedia, pemerintah Swedia mengumumkan investasi senilai kr685 juta (sekitar Rp1,1 triliun) untuk pembelian buku untuk sekolah-sekolah pada tahun 2023.
Sedangkan, di setiap tahun 2024 dan 2025 sebanyak kr500 juta (sekitar Rp800 miliar) dibelanjakan untuk mempercepat kembalinya buku teks.
Namun, tidak semua ahli yakin bahwa inisiatif ini merupakan keputusan yang terbaik bagi siswa.
Seorang profesor pendidikan di Monash University di Melbourne, Australia, Neil Selwyn mengatakan bahwa ini merupakan cara-cara pemerintah Swedia berkomitmen pada nilai-nilai tradisional.
"Pemerintah Swedia memang memiliki poin yang valid ketika mengatakan bahwa tidak ada bukti teknologi meningkatkan pembelajaran, tetapi saya rasa itu karena tidak ada bukti yang jelas tentang apa yang berhasil dengan teknologi, teknologi hanyalah satu bagian dari jaringan faktor yang sangat kompleks dalam pendidikan," kata Selwyn.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: The Guardian