Kategori Berita
Media Network
Selasa, 18 FEBRUARI 2025 • 10:01 WIB

Cerita Dea Audia, Korban Ruwetnya Birokrasi Indonesia yang Kabur ke Jerman Malah Dapat Banyak Tunjangan

Dea Audia Santi, WNI yang memilih meninggalkan Indonesia dan pindah ke Jerman. (Dok. Pribadi)

INDOZONE.ID - Tagar #kaburajadulu banyak berseliweran di sosial media akhir-akhir ini. Meskipun sebenarnya fenomena meninggalkan Indonesia untuk tujuan mendapatkan kehidupan yang lebih baik ini bukalah hal yang baru. Tetapi setiap tahunnya fenomena ini menjadi semakin populer, terutama di kalangan anak muda dan tenaga terampil Indonesia.

Krisis kepercayaan kepada pemerintah, rumitnya birokrasi di negara sendiri, kasus korupsi, dan pungli yang seakan tidak pernah habis, tingginya kasus kriminalitas karena kesenjangan sosial, serta sulitnya mencari lapangan pekerjaan di usia produktif menjadi beberapa alasan umum mengapa akhirnya sebagian warga negara Indonesia memilih untuk #kaburajadulu ke luar negeri.

Banyak negara tujuan anak muda untuk kabur ke luar negeri, seperti Amerika Serikat, Australia, Jepang, Korea, hingga Jerman. Untuk ke Jerman sendiri ada banyak cara yang dibisa pilih untuk “kabur” ke Jerman.

Beberapa diantaranya bisa melalui jalur pendidikan, karir, pernikahan, kerja sosial yang dikenal dengan nama Freiwilliges Soziales Jahr (FSJ), pogram Au Pair, melalui program pelatihan kejuruan yang bernama Ausbildung, belajar bahasa, job seeker visa, chance karte, dan yang paling ekstrem adalah melalui suaka.

Untuk opsi terakhir ini belum umum dilakukan oleh orang Indonesia karena jalur suaka biasanya dilakukan oleh mereka yang datang dari negara konflik dan perang. Tetapi orang-orang dari negara aman tetap bisa menggunakan cara ini jika mereka merasa kehidupan mereka terancam di negaranya.

Kenalin Saya Dea Audia Santi, member Z Creators sekaligus WNI yang memutuskan untuk “kabur” ke Jerman. Sebagai pelaku kawin campur, setiap tahun saya harus berhadapan dengan birokrasi di Indonesia yang berbelit-belit. Beberapa layanan pemerintah yang harusnya gratis menjadi berbayar karena pungli.

Saya tidak masalah dengan birokrasi yang berbelit, toh di Jerman pun birokrasinya juga rumit. Tetapi di sini tidak ada pungli dan semua orang diperlakukan sama.

Pendidikan Kurang Merata

Dea Audia Santi dan keluarga, WNI yang memilih meninggalkan Indonesia dan pindah ke Jerman. (Dok. Pribadi)

Pendidikan di Indonesia kurang merata juga jadi alasan saya meninggalkan Tanah Air. Jika ingin pendidikan anak yang lebih baik, kita harus rela merogoh kocek lebih dalam demi memasukannya ke sekolah swasta atau internasional. Sedangkan di Jerman, mereka menawarkan akses pendidikan merata di seluruh negeri dari tingkat taman kanak-kanak sampai pendidikan master.

Menariknya, pendidikan di Jerman ini gratis dan fasilitasnya bisa dinikmati oleh imigran seperti kami. Anggaran pendidikan di sini dikelola secara maksimal dan efisien, sehingga tidak ada dana yang terbuang dan berpotensi untuk dikorupsi oknum-oknum yang dilewatinya.

Saya tidak mengatakan pendidikan di Indonesia tidak baik, hanya saja beberapa programnya kurang efisien sehingga banyak anggaran yang terbuang ke kantong pribadi beberapa pejabat nakal.

Kualitas Udara di Jakarta Kurang Baik

Kualitas udara dan air yang baik. Di Indonesia dua hal tersebut menjadi hal langka untuk didapatkan apalagi jika kita tinggal di kota metropolitan seperti Jakarta. Untuk akses air minum sehat saja saya harus membeli air minum kemasan.

Di Jerman, Akses air yang bersih bisa kami dapatkan dengan gratis. Sistem pengelolaan air yang mutakhir membuat kita bisa mengonsumsi air keran dengan langsung di sini. Selain itu, kualitas udara di sini sangat baik untuk saya yang memiliki masalah pernafasan.

Kita tidak perlu pergi ke daerah pengunungan untuk menghirup udara minim polusi. Di kota besar pun kualitas udara yang baik masih bisa kita dapatkan karena komposisi ruang terbuka hijau yang luas. 

Sistem Kesehatan di Jerman Terbaik di Dunia

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber: Liputan Langsung

BERITA TERKAIT
BERITA TERBARU

Cerita Dea Audia, Korban Ruwetnya Birokrasi Indonesia yang Kabur ke Jerman Malah Dapat Banyak Tunjangan

Link berhasil disalin!