Ungkapan ini menunjukkan bahwa orang tersebut menyadari bahwa mereka sedang emosi labil, tetapi belum mampu mengendalikan amarahnya dengan baik.
Penelitian dari Ohio State University menemukan bahwa metode "melepaskan" amarah, seperti melampiaskan kemarahan dengan berteriak atau memukul benda, sebenarnya bisa memperburuk agresi.
Cara terbaik untuk meredakan amarah adalah dengan menurunkan ketegangan fisik, seperti dengan teknik pernapasan dalam, meditasi, atau latihan kesadaran diri.
Meskipun terdengar seperti pertanyaan, ungkapan ini sebenarnya adalah bentuk tuduhan. Apa pun jawabannya, orang yang marah tetap merasa dirinya benar dan semakin larut dalam kemarahannya.
Psikolog menyarankan untuk "berteman" dengan amarah dan melihatnya sebagai petunjuk untuk memahami diri sendiri. Daripada menyalahkan orang lain, seseorang seharusnya mencari tahu apa yang sebenarnya membuat mereka marah.
Orang yang sering mengatakan ini biasanya memiliki perasaan superior dan memandang rendah orang lain. Mereka merasa lebih baik daripada yang lain dan menggunakan sikap meremehkan sebagai pembenaran atas kemarahan mereka.
Salah satu cara untuk mengatasi kemarahan adalah dengan meningkatkan empati. Orang yang memiliki empati lebih tinggi cenderung lebih memahami perasaan orang lain dan lebih mudah mengendalikan amarah mereka.
Orang dengan masalah amarah sering kali memiliki toleransi yang rendah terhadap frustrasi. Hal-hal kecil yang seharusnya bisa diabaikan malah membuat mereka tersulut emosi.
Mereka cenderung memprioritaskan kepentingan sendiri dan mengabaikan kebutuhan orang lain. Tanpa disadari, sikap ini justru membuat mereka semakin jauh dari orang-orang terdekat.
Ungkapan ini adalah bentuk manipulasi untuk menghindari tanggung jawab. Orang yang marah cenderung menyalahkan orang lain atas perilaku mereka sendiri.
Menurut psikolog Nick Wignall, amarah yang tidak dikelola dengan baik bisa berubah menjadi ledakan amarah yang berlebihan. Cara terbaik untuk menangani amarah adalah dengan mengakuinya, memahami penyebabnya, dan mengungkapkannya dengan cara yang lebih sehat.
Sikap menyalahkan orang lain seperti ini adalah bentuk mekanisme pertahanan yang disebut proyeksi. Orang yang sulit menerima kelemahannya sendiri sering kali memproyeksikan perasaan negatif mereka ke orang lain.
Menghindari kenyataan hanya akan membuat seseorang semakin terjebak dalam siklus kemarahan. Sebaliknya, menerima kekurangan diri sendiri bisa menjadi langkah awal untuk berubah menjadi pribadi yang lebih baik.
Orang dengan masalah amarah sering merasa frustrasi ketika menghadapi situasi yang sama berulang kali. Namun, mereka tidak menyadari bahwa pola ini mungkin terjadi karena cara mereka bereaksi terhadap masalah.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Yourtango.com