Tapi Ricard tetap berharap sembuh dan terus melawan rasa sakit. Setelah menyelesaikan antibiotik, infeksi saluran kemihnya memang hilang, tetapi masalah baru muncul: ia tidak bisa tidur sama sekali.
Hal yang dialami Ricard bukan insomnia biasa. Ia benar-benar tidak tidur dan terjaga sepanjang malam. Tubuhnya semakin lelah, pikirannya semakin kacau.
Di saat yang sama, ia mendapat kabar bahwa ibunya sakit parah di Indonesia. Meski kondisinya sedang tidak sehat, Ricard terbang ke Indonesia untuk menemui ibunya.
Di sana, ia akhirnya sempat memeriksakan diri ke dokter. Menurut diagnosa dokter, Ricard mengalami insomnia berat.
Dokter kemudian meresepkan obat tidur, namun obat-obatan itu nyaris tidak memberikan efek apa pun. Ada kondisi di mana Ricard hanya bisa tidur sekitar dua jam setelah mengonsumsi banyak obat tidur.
Masalah insomnia ini perlahan menggerogoti tubuh Ricard. Sistem imunnya mulai runtuh, organ tubuhnya melemah, dan ia pun mulai terbaring lemah di ranjang.
Ia tidak lagi bisa pulang ke Amerika dan mulai mendokumentasikan penderitaannya lewat video YouTube di tempat tidurnya.
Dalam video-videonya, Ricard berbagi kisah bahwa tubuhnya semakin rusak karena tak bisa tidur. Obat tidur tak lagi bekerja, dan ia mulai merasakan tubuhnya menolak untuk beristirahat.
Ia bahkan menawarkan dirinya untuk dijadikan bahan eksperimen oleh para dokter demi mencari tahu penyakit yang dideritanya.
Dalam salah satu video, Ricard berkata dengan putus asa bahwa ia rela menyerahkan kedua kakinya asal bisa tidur tiga jam sehari.
Ia menangis dan merintih, tubuhnya gemetar hebat hingga 50 kali dalam sehari. Ia tahu tubuhnya sudah menyerah. Tapi penderitaannya belum berhenti sampai di situ.
Akibat insomnia berat, mental Ricard mulai terganggu. Ia mulai berhalusinasi, berbicara tidak masuk akal, dan mempercayai teori konspirasi aneh.
Ia menyebut Tuhan sebagai makhluk bernama Enki dan percaya bahwa HIV dibuat oleh mafia obat-obatan.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: TikTok/@realraywilliam