Ketika masa pengujian, tim mampu mendeteksi PFAS dalam waktu kisaran satu menit atau kurang dengan menganalisis potongan berbagai bahan kemasan makanan secara langsung, termasuk kertas popcorn, kotak mie instan, serta bungkus gorengan dari dua restoran cepat saji.
Analisis tersebut mengungkapkan ada 11 molekul PFAS berbeda termasuk jenis umum yang erat kaitannya dengan peningkatan risiko kanker dan penekanan sistem kekebalan tubuh, seperti PFOA (Perfluorooctanoic Acid) dan PFOS (Perfluorooctanesulfonic acid).
Sedangkan ketika menganalisis air dalam waktu durasi 2 menit, tim telah mendeteksi jejak PFOA dalam sampel air keran. Mereka tidak menemukan adanya PFAS dalam sampel yang diambil dari air mancur salah satu Universitas.
“EPA telah mengusulkan untuk menetapkan tingkat kontaminasi maksimum untuk 6 PFAS dalam air minum dan PFOA serta PFOS termasuk di antara mereka, metode menganalisis ini dapat memfasilitasi pemeriksaan yang lebih sensitif terhadap PFAS beracun untuk melindungi keamanan pasokan air,” kata Megyan Li, rekan penulis studi dan profesor ilmu lingkungan di NJIT dikutip dari laman scitechdaily.com, Minggu (10/3/2024).
Baca Juga: Mandi Air Dingin Ternyata Bisa Menurunkan Berat Badan dan Sebagai Penyembuh Diabetes
Dengan menggunakan DPS-MS, tim juga telah mengindentifikasi 2 spesies PFAS dari 40mg tanah dalam waktu kurang dari 3 menit.
Metode ini sekarang sedang diuji dengan teknik mutakhir untuk mengembalikan FPAS yang sedang dikembangkan di Pusat BioSMART NJIT.
"Hebatnya di laboratorium kami dapat menggabungkan metode analisis dengan katalis degradasi baru yang dapat mendegradasi sekitar 98,7% PFAS dalam sampel air minum dalam waktu 3 jam. Pekerjaan ini memungkinkan akan berdampak langsung di wilayah Timur laut, sekitar 10% dari 9,2 juta penduduk New Jersey memiliki kadar asam perfluorooctanoic yang tinggi dalam air minum mereka dibandingkan dengan rata-rata nasional sebesar 1,9 persen," kata Wunmi Sadik, rekan penulis studi dan ketua Departemen NJIT Ilmu Kimia dan Lingkungan.
"Ini juga akan sangat berguna untuk keamanan produk pangan, hal ini memungkinkan produk pertanian dapat dipantau secara lebih efisien untuk mengetahui kontaminasi PFAS,” lanjutnya.
Writer: Putri Octavia Saragih
Konten ini adalah kiriman dari Z Creators Indozone. Yuk bikin cerita dan konten serumu serta dapatkan berbagai reward menarik! Let's join Z Creators dengan klik di sini.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Scitechdaily.com