Ilustrasi TWS merusak kesehatan telinga
INDOZONE.ID - Penggunaan headphone True Wireless Stereo (TWS) menjadi fenomena yang merajalela dalam beberapa tahun terakhir.
Dengan desain yang praktis tanpa kabel yang mengganggu dan kualitas suara yang semakin baik, TWS telah menjadi bagian dari gaya hidup modern, terutama di kalangan generasi muda.
Namun di balik kenyamanan dan estetika minimalisnya, TWS mulai memunculkan masalah kesehatan telinga yang serius.
Penggunaan TWS semakin memprihatinkan karena sering menggunakannya dalam jangka waktu lama dan dengan volume suara yang tinggi.
Banyak yang menggunakannya sepanjang hari untuk mendengarkan musik, podcast, atau bahkan bekerja dan belajar dari jarak jauh.
Tak sedikit pula orang yang memakainya saat berolahraga, bepergian, atau beraktivitas di tempat umum yang bising.
Baca Juga: Parade Sound Horeg, Kegiatan Unfaedah yang Bahayakan Kesehatan Telinga
Data menunjukkan, peningkatan kasus gangguan pendengaran yang signifikan terutama di kalangan anak muda yang rutin menggunakan headphone atau earphone, termasuk perangkat TWS.
Menurut penelitian yang diterbitkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2021, sekitar Rp1,1 miliar anak muda berisiko mengalami gangguan pendengaran akibat paparan suara berlebihan melalui perangkat audio pribadi termasuk TWS.
Penelitian lain yang dilakukan di Amerika menunjukkan bahwa hampir 20 persen remaja memiliki pendengaran yang lebih buruk dibandingkan sepuluh tahun yang lalu.
Angka-angka ini memberikan gambaran suram bagi masa depan kesehatan pendengaran. Para ahli memperkirakan gangguan pendengaran akibat kebiasaan menggunakan perangkat audio pribadi akan terus meningkat jika kebiasaan tersebut tidak segera diubah.
Di Jepang, misalnya, laporan Japan Hearing Instrument Manufacturers Association menunjukkan bahwa terjadi peningkatan penjualan alat bantu dengar kepada generasi muda.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: WHO