Ilustrasi obesitas sentral. (Freepik)
INDOZONE.ID - Kualitas tidur yang baik, sering diabaikan ketika membicarakan gaya hidup sehat meski perannya sangat penting dalam menjaga kebugaran tubuh.
Salah satu masalah kesehatan berkaitan erat dengan pola tidur yang buruk, adalah obesitas. Banyak penelitian menunjukkan, bahwa kurang tidur atau tidur yang terganggu dapat meningkatkan risiko kenaikan berat badan dan obesitas, baik pada anak-anak maupun orang dewasa.
Kurangnya tidur dapat menyebabkan ketidakseimbangan hormon yang mengatur nafsu makan, seperti ghrelin dan leptin. Ghrelin, yang dikenal sebagai hormon "lapar", merangsang nafsu makan, sedangkan leptin, hormon "kenyang", memberi sinyal kepada otak ketika kita sudah cukup makan.
Ketika seseorang kurang tidur, kadar ghrelin meningkat dan kadar leptin menurun, menyebabkan peningkatan nafsu makan dan rasa lapar yang lebih besar. Hasilnya, seseorang cenderung makan lebih banyak dan memilih makanan tinggi kalori.
Baca Juga: Cara Mudah Ukur Lingkar Perut Buncit untuk Deteksi Obesitas Sentral
Kurang tidur dapat mempengaruhi fungsi otak, khususnya bagian otak yang mengontrol pengambilan keputusan dan kontrol impuls.
Studi menunjukkan, bahwa kurang tidur dapat meningkatkan preferensi terhadap makanan berlemak, manis, dan tinggi karbohidrat.
Seseorang yang kurang tidur, lebih mungkin mengidam camilan tidak sehat di malam hari atau memilih makanan cepat saji yang lebih tinggi kalori.
Kurang tidur juga berdampak pada energi dan motivasi, untuk beraktivitas fisik. Ketika seseorang merasa lelah karena kurang tidur, mereka cenderung lebih malas untuk bergerak atau berolahraga.
Aktivitas fisik yang rendah, dapat menyebabkan penurunan pembakaran kalori, yang jika dikombinasikan dengan peningkatan asupan makanan, dapat berujung pada kenaikan berat badan.
Baca Juga: Transformasi Drastis YouTuber Nikocado Avocado, Sempat Obesitas Kini Berhasil Turun 113 Kg
Pola tidur yang buruk, dapat menyebabkan gangguan metabolisme, termasuk resistensi insulin. Insulin adalah hormon yang mengatur penggunaan glukosa (gula) dalam tubuh.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Harvard Medical School, National Sleep Foundation