Namun, seiring bertambahnya usia, manusia mengembangkan kemampuan untuk menangis emosional.
Para ahli berpendapat bahwa menangis secara emosional memiliki keuntungan evolusi.
Air mata memungkinkan kita menunjukkan emosi kepada orang terdekat tanpa menarik perhatian predator.
Dengan kata lain, tangisan bisa menjadi cara halus untuk meminta bantuan tanpa menimbulkan risiko.
Baca Juga: Fenomena Menangis Tak Terkendali, Peringan Stres atau Sebuah Gangguan?
Ilustrasi menangis seiring bertambahnya usia. (freepik.com)
Saat kecil, air mata biasanya dipicu oleh rasa sakit fisik, seperti jatuh atau terluka. Namun, seiring waktu, alasan menangis menjadi lebih kompleks dan emosional.
Sebagai orang dewasa, kita lebih sering menangis karena kehilangan, kerinduan, atau keterhubungan dengan orang lain.
Bahkan, melihat penderitaan orang lain, baik nyata maupun dalam cerita fiksi, dapat memicu empati dan tangisan.
Ilustrasi menangis yang juga dipengaruhi oleh jenis kelamin. (freepik.com)
Ada beberapa faktor yang memengaruhi seberapa sering seseorang menangis:
Perempuan cenderung menangis lebih sering dibandingkan laki-laki, sebagian karena norma sosial yang mengajarkan laki-laki untuk menahan emosi.
Perubahan hormon, terutama pada masa remaja, dapat memengaruhi frekuensi menangis. Namun, penelitian tentang hubungan hormon dan tangisan masih terbatas.
Orang yang lebih empatik atau sensitif secara emosional cenderung lebih mudah menangis.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Cnalifestyle.channelnewsasia.com