Jika anda baru saja menjalani operasi atau mengalami luka, mengonsumsi ikan salmon bisa menjadi pilihan yang baik untuk mempercepat proses pemulihan.
Buah beri, seperti stroberi, blueberry, dan raspberry, kaya akan antioksidan dan vitamin C untuk luka. Vitamin C berperan dalam produksi kolagen yang membantu menjaga elastisitas kulit dan mempercepat penyembuhan luka. Selain itu, buah beri juga memiliki sifat antiradang dan antivirus yang dapat mendukung kesehatan tubuh secara keseluruhan.
Daging ayam merupakan makanan kaya protein yang mengandung asam amino glutamin dan arginin. Kedua asam amino ini berperan dalam pembentukan kolagen dan melindungi jaringan tubuh dari infeksi.
Penelitian dalam Advances in Wound Care (2014) menyebutkan bahwa glutamin dapat membantu mempercepat penyembuhan luka dengan meningkatkan pertahanan sel terhadap infeksi.
Kerang, remis, dan tiram adalah sumber mineral seng yang sangat penting dalam regenerasi kulit. Seng membantu mempercepat produksi enzim yang diperlukan dalam perbaikan jaringan yang rusak. Hanya dengan mengonsumsi beberapa tiram saja, anda sudah bisa memenuhi kebutuhan harian seng untuk membantu penyembuhan luka.
Ubi jalar adalah sumber karbohidrat sehat yang memberikan energi bagi tubuh selama proses penyembuhan. Karbohidrat juga membantu produksi enzim yang mempercepat proses pemulihan luka. Selain itu, ubi jalar mengandung vitamin C, karotenoid, dan mangan yang mendukung kesehatan kulit dan mempercepat regenerasi jaringan.
Mempercepat penyembuhan luka tidak hanya bergantung pada perawatan medis, tetapi juga asupan nutrisi yang tepat. Makanan untuk regenerasi kulit seperti kedelai, telur, ikan salmon, dan sayuran hijau dapat membantu mempercepat pemulihan.
Pastikan anda mengonsumsi makanan kaya protein serta vitamin C untuk luka agar proses penyembuhan berjalan lebih optimal. Dengan pola makan yang sehat, luka akan lebih cepat mengering dan tubuh kembali pulih dengan baik.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Health.harvard.edu