Perubahan volume yang tiba-tiba ini bisa meningkatkan tekanan darah.
Fluktuasi hormon setelah melahirkan, khususnya penurunan drastis hormon kehamilan, bisa berdampak pada fungsi pembuluh darah dan mekanisme pengaturan tekanan darah, yang berpotensi memicu atau memperparah hipertensi pascapersalinan.
Merawat bayi baru lahir bukanlah tugas yang mudah. Kombinasi antara pemulihan fisik, stres emosional, serta kurang tidur bisa memicu atau memperburuk hipertensi.
Kondisi seperti obesitas, diabetes, atau penyakit ginjal bisa meningkatkan risiko timbulnya hipertensi setelah persalinan.
Hipertensi pasca persalinan bisa tidak bergejala , oleh karena itu pemantauan rutin sangat penting. Kalau gejala muncul, gejalanya bisa meliputi:
Kalau salah satu gejala ini muncul, penting untuk segera mencari pertolongan medis.
Penanganan hipertensi pascapersalinan biasanya mencakup pemantauan tekanan darah secara rutin, terutama dalam enam minggu pertama setelah persalinan.
Jika tekanan darah mencapai 140/90 mmHg atau lebih pada dua kali pemeriksaan yang berbeda, hal ini dapat mengindikasikan adanya gangguan.
Dokter juga dapat merekomendasikan pemeriksaan laboratorium untuk menilai fungsi ginjal dan hati, serta tes urine guna mendeteksi keberadaan protein sebagai tanda kemungkinan preeklamsia atau komplikasi lainnya.
Cara mencegah hipertensi setelah melahirkan. (freepik.com)
Untuk mengurangi risiko hipertensi pasca persalinan dan mengelolanya dengan efektif, kamu bisa melakukan beberapa langkah berikut.
Pertama, kalau kamu memiliki riwayat tekanan darah tinggi selama kehamilan atau faktor risiko lainnya, pastikan untuk memberitahukan hal ini kepada penyedia layanan kesehatan kamu.
Dengan demikian, mereka dapat memantau kondisi kamu secara lebih cermat setelah melahirkan.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Onlymyhealth.com