"Selama saya berada di Gaza, perang meletus, dan saya menemukan diri saya di utara Jalur Gaza, mengalami kesulitan dan tragedi yang sama seperti setiap warga Palestina. Rumah saya dibom dan hancur," kata Qanou.
"Selama perang, saya berhenti bekerja pada tesis doktoral saya untuk beberapa waktu tetapi akhirnya melanjutkannya."
Anas Al-Qanou asal Palestina yang menyelesaikan sidang tesisnya dari rumahnya di Gaza. (Istimewa)
Qanou menggambarkan tantangan awal seperti gangguan internet dan pemadaman listrik, namun ia berhasil mengatasinya dan melanjutkan penulisan disertasinya.
"Pada bulan Maret, saya berhasil menyelesaikan pembelaan awal yang mempersiapkan saya untuk pembelaan akhir. Pada 10 Juli, pembelaan akhir saya dilakukan secara daring," katanya.
"Selama pembelaan saya, saya khawatir tentang kemungkinan gangguan internet atau perangkat saya kehabisan baterai. Saya berhasil mengisi daya menggunakan energi matahari, karena diskusi berlangsung sekitar lima jam berturut-turut," kata Qanou.
"Pembelaan dilakukan pada pagi hari di tengah perang yang sedang berlangsung, pemboman rumah saya, dan kondisi sulit yang saya alami seperti warga Palestina lainnya di Gaza yang menghadapi dampak perang," katanya.
Meskipun menghadapi kesulitan ini, pembelaan doktoral berlangsung, dan setelah upaya signifikan, komite di universitas Malaysia memutuskan untuk memberikan gelar tersebut kepadanya.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Anews.com