Melalui proses ini, kita bisa mengevaluasi reaksi kita terhadap situasi, belajar dari kesalahan, dan menemukan cara yang lebih baik untuk menghadapi masalah di masa depan.
Stoicism mengajarkan bahwa emosi kita tidak harus menguasai kita. Kita dapat memilih bagaimana merespons perasaan kita, apakah itu marah, cemas, atau frustasi.
Baca Juga: Tumbuh di Era Digital, Gimana sih Media Sosial Membentuk Cara Pikir Gen Z?
Dengan belajar untuk mengontrol reaksi kita terhadap perasaan ini, kita dapat menjaga ketenangan bahkan dalam situasi yang penuh tekanan.
Salah satu teknik yang digunakan oleh Stoik adalah premeditatio malorum, yaitu membayangkan hal-hal buruk yang mungkin terjadi.
Dengan membayangkan kemungkinan kesulitan sebelumnya, kita bisa lebih siap secara mental ketika hal-hal tersebut benar-benar terjadi. Ini mengurangi rasa terkejut atau stres, karena kita sudah mempersiapkan diri.
Baca Juga: Tanamkan Mindset Ini Agar Bisa Berhenti Memikirkan Seseorang
Membangun mindset Stoicism membantu kita untuk hidup lebih tenang. Dengan fokus pada hal-hal yang bisa kita kontrol, menerima kenyataan, dan belajar dari pengalaman, kita dapat mencapai ketenangan batin.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: "Stoicism And The Art Of Happiness" Oleh Donald Robertson