Dia selalu mengemukakan bahwa perempuan harus ikut berpartisipasi dalam politik, karena kepentingan perempuan juga membutuhkan perhatian dalam perumusan kebijakan.
Baginya, peran perempuan tidak hanya terbatas pada rumah tangga, tetapi juga dalam pemerintahan dan kehidupan publik.
Emma Poeradiredja membuat sejarah pada tahun 1938 ketika ia terpilih menjadi perempuan Sunda pertama yang duduk di Gemeenteraad (dewan kota) Bandung.
Posisi ini memberi peluang bagi Emma untuk mewakili aspirasi perempuan di lembaga legislatif kolonial dan menginspirasi perempuan lain untuk terlibat dalam politik.
Baca Juga: Kontribusi Nyi Hadjar Dewantara bagi Gerakan Perempuan Masa Kolonial
Emma terus mendorong hak-hak pilih perempuan dan mempromosikan kesetaraan dalam berbagai aspek kehidupan publik.
Emma Poeradiredja tidak hanya memperjuangkan hak-hak perempuan, tetapi juga meninggalkan warisan yang menginspirasi perempuan Indonesia untuk meraih kesetaraan gender.
Melalui Pasi dan kiprahnya di panggung politik, Emma memperkuat gerakan perempuan di Indonesia, membuka peluang partisipasi dalam pendidikan, sosial, dan politik.
Semangat dan dedikasi Emma dalam memperjuangkan kesetaraan telah memberikan landasan bagi generasi perempuan selanjutnya, untuk terus berpartisipasi aktif dalam membangun bangsa.
Pemikiran dan kiprah Emma Poeradiredja menjadi bukti bahwa perempuan memiliki peran yang sama pentingnya dengan laki-laki dalam menciptakan perubahan positif di masyarakat.
Pengaruhnya terus hidup dalam perjuangan untuk hak-hak perempuan dan kesetaraan gender di Indonesia.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Jurnal Patanjala