Mereka beranggapan bahwa jika orang lain merasa kecewa atau bersedih, itu merupakan kesalahan mereka.
Seseorang dengan sindrom ini cenderung sulit untuk mengatakan “tidak”, karena mereka takut dianggap egois atau tidak peduli terhadap orang yang ada di sekitarnya.
Ketakutan inilah yang membuat mereka mengorbankan waktu dan energy pribadi demi memenuhi permintaan orang lain, meskipun mereka sudah lelah.
Seseorang dengan sindrom ini sering mengasosiasikan nilai diri dengan seberapa baik mereka memperlakukan orang lain.
Hal ini didorong oleh pemikiran bahwa kebaikan dan kerelaan adalah syarat untuk dicintai.
Akibatnya, mereka menempatkan kebutuhan orang lain di atas kebahagiaan pribadi dan mengabaikan perasaan serta kebutuhan mereka sendiri.
Seseorang dengan sindrom ini merasa takut menghadapi konflik atau menyuarakan pendapat karena khawatir dianggap sebagai “pembuat masalah” atau “bermasalah”.
Hal ini membuat mereka merasa nyaman untuk diam dan mengikuti keinginan orang lain, meskipun hal itu mungkin tidak sesuai dengan keinginan hati mereka.
Seseorang dengan sindrom ini cenderung memberikan tekanan besar pada diri sendiri untuk tampil sempurna dalam berbagai peran baik sebagai teman, anak, karyawan, maupun pasangan.
Hal ini melelahkan dan seringkali menimbulkan perasaan rendah diri, stress, atau kecewa pada kenyataan.
Seseorang dengan syndrome ini mungkin takut untuk menyuarakan keinginan atau kebutuhan pribadi, bahkan ketika hal tersebut penting bagi mereka.
Untuk mengatasi sindrom ini, memerlukan waktu dan usaha. Namun beberapa cara bisa dilakukan untuk mencegah terjadi good girl syndrom.
Beberapa di antaranya meluangkan waktu untuk menyenangkan diri sendiri, belajar untuk menolak dengan sopan dan tegas, tetapkan batasan dengan orang lain, bangun kepercayaan dari diri sendiri, dan carilah dukungan untuk menceritakan perasaan kalian.
Dengan langkah-langkah tersebut, bisa dipastikan bahwa good girl syndrome bisa hilang dalam diri, meskipun tidak sepenuhnya.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Health Shots