Terkadang kita suka merasa jadi lebih keras terhadap diri sendiri ketika melakukan sebuah kesalahan.
Cobalah berlatih melawan pikiran negatif tersebut dengan memaafkan diri sendiri dan pahami bahwa setiap orang dapat melakukan kesalahan dan dapat diperbaiki, dengan mempelajari pengalaman tersebut untuk menciptakan hasil yang lebih baik di masa depan.
Kamu juga dapat melawan pikiran negatif dengan cara mengungkapkannya dalam bentuk tulisan.
Kemudian amati apa yang menjadi masalah sehingga menimbulkan rasa ketidakpercayaan diri, daripada hanya memendam perasaan negatif tersebut.
Kamu juga dapat menuliskan kalimat afirmasi untuk mengubah perspektif negatif menjadi lebih positif seperti, 'saya orang hebat', 'saya sangat berarti'.
Bisa juga dengan mencatat situasi dan pemikiran tertentu yang memicu kamu dalam perasaan minder.
Cara lain yang mungkin efektif, kamu juga dapat menghabiskan waktu dengan orang-orang yang kamu percaya untuk membangun kembali rasa kepercayaan diri dan membuatmu merasa lebih diterima apa adanya.
Jika kamu mengetahui lingkungan sekitar tidak cukup baik untuk perkembangan potensi diri, ada baiknya membatasi atau mengambil langkah mundur guna mengurangi rasa minder dan menjaga kesehatan mental.
Beralih ke lingkungan yang lebih positif dan dapat menerima, serta mendukungmu untuk berkembang, akan dapat memperbaiki kepercayaan diri jadi lebih baik.
Cobalah hal baru diluar kegiatan yang dilakukan sehari-hari.
Misalnya mengikuti kelas untuk melatih keterampilan baru, sekedar bepergian mencari suasana yang dapat menyegarkan pikiran yang bisa membuatmi merasa senang, atau salurkan hobi yang selalu ingin kamu coba saat memiliki waktu luang.
Dengan melakukan aktivitas yang menyenangkan, kamu akan dapat mengumpulkan kembali rasa semangat dan kepercayaan diri.
Membandingkan dirimu dengan orang lain adalah salah satu alasan utama kenapa orang menjadi lebih minder terhadap dirinya sendiri.
Baca Juga: Tanda Kamu Menderita Gangguan Kecemasan, Salah Satunya Tidak Percaya Diri
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Healthline, National Institute Of Mental Health