INDOZONE.ID - Teknologi percetakan 3D (3D printing) telah merevolusi berbagai industri, termasuk kesehatan.
Pada 2024, teknologi ini makin diadopsi dalam berbagai aspek medis, mulai dari pembuatan prostetik hingga pencetakan jaringan manusia.
Ilustrasi pasien yang mengalami mati batang otak, tidak sadarkan diri.
Dengan kemampuan untuk mencetak objek secara presisi dari berbagai bahan, teknologi 3D printing menawarkan solusi yang lebih personal dan cepat bagi pasien. Salah satu penerapan paling menonjol dari teknologi ini, adalah dalam pembuatan prostetik.
Proses tradisional dalam pembuatan anggota tubuh buatan sering memakan waktu dan biaya yang besar. Dengan 3D printing, prostetik dapat dibuat dengan lebih cepat, lebih murah, dan disesuaikan dengan kebutuhan unik setiap pasien.
Baca Juga: Kenapa Kesehatan Reproduksi Itu Penting? Yuk Cari Tahu Manfaatnya
Ini memberikan kesempatan baru bagi mereka yang membutuhkan alat bantu gerak lebih terjangkau dan nyaman.
Selain prostetik, teknologi ini juga digunakan dalam pembuatan implan dan perangkat medis lainnya. Misalnya, implan tulang dapat dicetak dengan presisi yang sangat tinggi sehingga pas untuk tubuh pasien dan mengurangi risiko penolakan.
Bahkan, dalam beberapa kasus, dokter dapat menggunakan pencetakan 3D untuk membuat model organ yang rusak guna mempersiapkan operasi yang lebih akurat dan efektif.
Penelitian terbaru juga menunjukkan potensi besar pencetakan 3D dalam bidang bioprinting, yaitu pencetakan jaringan biologis seperti kulit, tulang rawan, dan bahkan organ.
Baca Juga: Vitamin D, Nutrisi Penting untuk Kesehatan Tubuh yang Sering Terabaikan
Meski masih dalam tahap pengembangan, bioprinting memiliki potensi untuk mengatasi kekurangan donor organ dan menyediakan solusi yang lebih personal untuk perawatan kesehatan.
Dengan semua inovasi ini, teknologi 3D printing membuka jalan bagi masa depan, waktu perawatan medis dapat lebih disesuaikan, cepat, dan efektif. Alhasil, memberikan dampak signifikan bagi kualitas hidup pasien di seluruh dunia.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: The Guardian, MIT Technology Review, Nature