Beberapa jenis depresi muncul pada tahapan tertentu dalam hidup wanita. Kehamilan, masa pascamelahirkan, siklus menstruasi, dan perimenopause, terkait dengan perubahan fisik dan hormonal yang dapat memicu fase depresi pada beberapa wanita.
Baca Juga: Korea Selatan Alami Krisis Kesehatan Mental, Pasien Depresi Didominasi Wanita Usia 20-an
Pertama, gangguan disforia pramenstruasi adalah bentuk lebih intens dari sindrom pramenstruasi, atau PMS, yang terjadi beberapa minggu sebelum menstruasi.
Gangguan ini menyebabkan beberapa gejala seperti mood sedih, mudah marah, atau mudah tersinggung, pemikiran bunuh diri, perubahan selera makan, kembung, nyeri payudara, dan nyeri sendi atau otot.
Kedua, depresi perinatal yang terjadi selama kehamilan atau setelah melahirkan. Ini lebih dari sekadar "blues" yang dirasakan banyak ibu baru setelah melahirkan.
Wanita dengan depresi perinatal merasakan kesedihan, kecemasan, dan kelelahan yang sangat ekstrem, sehingga sulit untuk menjalankan tugas sehari-hari, termasuk merawat diri atau orang lain.
Ketiga, depresi perimenopause mempengaruhi beberapa wanita selama transisi menuju menopause. Seperti gangguan tidur, perubahan mood, kecemasan, kesedihan, atau kehilangan kesenangan.
Depresi pada wanita bukanlah sesuatu yang bisa dianggap remeh. Depresi bukanlah sebagai akibat dari tindakan atau ketidakmampuan seseorang dalam mengelola perasaan.
Jangan takut untuk mencari dukungan dan bantuan ke seseorang yang kamu kenal atau pergi ke professional untuk menangani gejala depresi ini.
Konten ini adalah kiriman dari Z Creators Indozone. Yuk bikin cerita dan konten serumu serta dapatkan berbagai reward menarik! Let's join Z Creators dengan klik di sini.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Nimh.nih.gov