Selain itu, peristiwa bunuh diri juga dialami oleh mahasiswa program kedokteran spesialis di Universitas Diponegoro yang dilakukannya di Indekos pada Senin ( 12/8/2024).
Kasus bunuh diri juga terjadi di beberapa hari lalu, tepatnya di Universitas Tarumanegara pada hari Jum’at (4/10/2024).
Peristiwa bunuh diri yang terjadi di lingkungan mahasiswa disebabkan karena depresi yang dilatarbelakangi oleh kejadian beragam seperti, bullying, tekanan akademisi, perekonomian, dan permasalahan di lingkungan keluarganya.
Baca Juga: Maraknya Kasus Bunuh Diri Mahasiswa Karena Kesehatan Mental: Fenomena yang Perlu Ditangani Serius
Dalam perspektif sosiologis, peristiwa bunuh diri sebagai fenomena sosial kompleks, tidak hanya disebabkan oleh kesehatan mental, melainkan hasil dari tekanan sosial, ekonomi, dan budaya.
Maka perlu adanya pemahaman lebih luas terkait peristiwa bunuh diri di kalangan mahasiswa, mengapa hal tersebut akhir-akhir ini sering terjadi?
Bunuh diri bukan hanya masalah psikologis, tetapi merupakan fenomena kompleks yang melibatkan adanya proses interaksi sosial antar faktor individu dengan faktor lingkungan sosial.
Seseorang memiliki kendali penuh terhadap kondisi mentalnya, tetapi usaha dalam mengendalikan mental tidak lepas dengan kondisi sosial di sekitarnya.
Semakin lingkungan sosial memberikan batasan atau tekanan dengan aturan yang sangat mengikat, maka potensi pengendalian mental akan semakin sulit dilakukan oleh individu karena ketidakmampuannya menolak keterikatan tersebut.
Ketiadaan pengaturan dan keinginan seseorang juga menjadi potensi munculnya peristiwa bunuh diri, hal ini berbeda dengan batasan aturan yang mengikat.
Kekacauan etika moralitas menyebabkan individu menjadi frustasi kebingungan dalam menentukan arah tujuannya, sehingga perubahan-perubahan dinamis bisa menjadi landasan munculnya ketidakharmonisan antar individu.
Kompleksitas fenomena ini terlihat dari banyaknya kasus dimana seseorang dengan masalah kesehatan mental, akhirnya melakukan bunuh diri yang disebabkan oleh ketidakmampuan menghadapi tekanan sosial, perubahan lingkungan sosial, dan ketidakmampuan mengelola moralitas diri.
Stigma sosial terhadap bunuh diri juga memperburuk situasi. Orang-orang merasa malu atau takut untuk meminta bantuan kepada orang lain, karena adanya labeling sosial takut merepotkan, atau takut dicap lemah dalam mengatasi masalah.
Stigma ini memperkuat isolasi dan kerentanan individu akan semakin merasa dirinya tertekan hingga putus asa dalam menjalani hidupnya.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Pusiknas.polri.go.id