Penderita TRD tidak hanya mempengaruhi kesejahteraan pribadi, namun juga karier dan stabilitas keuangan.
Tingkat ketidakaktifan kerja pada pasien TRD sekitar 10% lebih tinggi dibandingkan dengan penderita depresi biasa, yang membuat mereka lebih sulit untuk mempertahankan pekerjaan dan kemandirian finansial.
Dampak sosial dari depresi yang tidak tertangani atau tidak diobati dengan efektif tidak hanya mencakup biaya perawatan kesehatan, tetapi juga hilangnya produktivitas dan potensi manusia.
Salah satu temuan paling mengkhawatirkan dari penelitian ini adalah kurangnya terminologi yang konsisten dan jalur pengobatan tertata untuk TRD.
Dokter juga sering memakai istilah seperti "depresi kronis" atau "depresi berulang" secara bergantian, sehingga pendekatan pengobatan menjadi tidak konsisten dan tidak jelas.
Para peneliti menemukan bukti pertama bahwa bukan stres jangka pendek, melainkan stres kronis dan tak terduga dalam kehidupan pribadi dan profesional yang memicu perubahan pada fungsi neuron AgRP, yang dapat berkontribusi pada depresi.
Walaupun kasusnya cenderung lebih kompleks, pasien TRD justru lebih jarang dirujuk ke layanan kesehatan mental berbasis komunitas.
Sebaliknya, mereka lebih sering mendapat perawatan khusus atau rawat inap, yang mencerminkan pendekatan sistem yang lebih reaktif daripada proaktif dalam menangani depresi yang resistan terhadap pengobatan.
Ilustrasi depresi. (freepik.com)
Bagi mereka yang menghadapi TRD, proses pengobatan sering kali terasa seperti terjebak dalam labirin tanpa jalan keluar.
Banyak pasien menggambarkan pengalaman mereka sebagai proses "coba-coba" yang penuh ketidakpastian.
Baca Juga: Genetik Depresi Bisa Tingkatkan Risiko Penyakit Jantung pada Wanita, Ini Penjelasannya!
Tetapi, penelitian ini juga menawarkan panduan untuk perubahan. Baik pasien maupun dokter merekomendasikan:
Yang paling diinginkan oleh pasien TRD adalah didengar. Mengakui perjuangan mereka dan memahami TRD sebagai kondisi yang unik dan memerlukan penanganan khusus merupakan langkah awal yang sangat penting.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Hindustan Times