Ilustrasi seorang pria yang sedang mengalami depresi di malam hari. (freepik.com)
Namun Gen Z digolongkan menjadi generasi yang lebih rentan dikarenakan kelompok ini paling intensif dalam mengakses media sosial dibandingkan generasi sebelumnya.
Paparan media sosial, yang memudahkan Gen Z dapat mengakses layanannya secara gratis, sering kali memicu mereka menjadi lebih kritis pada dirinya sendiri.
Itu menumbuhkan rasa iri hati yang membuat mereka jadi membandingkan kehidupannya dengan orang lain.
Selain itu, kemudahan akses internet juga dapat membuat seseorang lebih rentan mengalami cyberbullying hingga pelecehan daring, yang turut memicu rasa stres hingga depresi berat terhadap generasi ini.
Selain paparan media sosial, faktor lain yang menyebabkan Gen Z jadi lebih rentan mengalami depresi juga bisa dipengaruhi dari lingkungan sosialnya.
Mereka mengalami tekanan dalam aspek akademis maupun karier yang sering kali dibayangi dengan tuntutan ekspektasi berlebih dari orang sekitarnya.
Baca Juga: Dampak Merokok pada Kesehatan Mental Gen Z, dari Stres hingga Depresi
Sementara itu, beberapa Gen Z dengan usia dewasa juga menghadapi tantangan lainnya dari segi ekonomi yang stagnan,
Mereka menghadapi ketidakpastian ekonomi, termasuk biaya hidup tinggi di tengah-tengah kondisi global yang juga mengalami berbagai krisis, seperti ketidakstabilan politik. Itu turut mempengaruhi kesejahteraan mereka sebagai warga negara.
Berdasarkan laporan data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan BKPK pada 2023, persentase anak muda yang menderita depresi paling tinggi ada pada kelompok anak muda dengan rentang usia 15-24 tahun, yaitu sebesar 2 persen.
Berdasarkan jenis kelamin, perempuan mengalami depresi paling tinggi dibandingkan dengan laki-laki dengan persentase sebesar 2,8 persen, sedangkan laki-laki sebesar 1,1 persen.
Selain karakteristik depresi anak muda di Indonesia yang dikategorikan dalam kelompok berdasarkan status pendidikan, status bekerja, status ekonomi, dan tempat tinggal, SKI juga mengelompokkan data anak muda rentang usia 15-24 tahun pernah berpikiran mengakhiri hidup sebesar 61 persen, persentase ini terbilang sangat tinggi.
Meskipun menghadapi banyak tantangan dari faktor pemicu, seperti media sosial hingga tekanan sosial di lingkungannya, banyak dari kaum Gen Z yang juga sadar akan pentingnya menjaga kesehatan mental.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Medical News Today, Kemkes RI, Rtor.org