INDOZONE.ID - Self diagnosis menjadi hal yang acap kali dilakukan sebagian orang dengan mengandalkan informasi dari internet, mengingat begitu luasnya informasi yang dapat diperoleh melalui internet.
Internet telah menjadi sumber informasi yang sangat lazim dan tentu membawa manfaat yang luar biasa. Namun, sisi positif tersebut diiringi pula dengan sisi negatif.
Penyebaran dan akses informasi yang tak terbatas serta mudah membuat sebagian orang mengandalkan dan atau menjadikan informasi tersebut sebagai panduan.
Hal itu tentu tak salah, tapi apabila menyangkut penyakit dan atau kesehatan mental, bisa saja berujung membahayakan.
Yah, self diagnosis dapat memberikan dampak yang berbahaya.
Baca Juga: Mengulik Penyebab, Gejala hingga Makanan dan Minuman untuk Atasi Tekanan Darah Rendah
Menurut Dr Todd Thatcher (2021) Self diagnosis adalah proses mendiagnosis atau mengidentifikasi suatu kondisi medis pada diri sendiri. Seseorang seringkali mencari gejala medis di internet atau google dan kemudian mencocokkan gejala tersebut dengan kondisi mereka.
Self diagnosis seringkali salah sehingga berisiko menyesatkan seseorang, oleh karena itu self diagnosis tidak baik untuk dilakukan.
Baca Juga: Daftar 5 Makanan yang Dapat Memperburuk Penyakit Asma
Mendiagnosis diri sendiri sangat berisiko akan adanya kesalahan diagnosis itu sendiri. Apabila hal tersebut terjadi, maka penanganan pertama dan atau penanganan yang diterapkan dalam jangka panjang bisa saja merupakan penanganan yang salah. Sehingga, tentu saja hal ini akan berdampak pada penyakit yang diderita.
Tak jarang, ditemukan penyakit yang memiliki gejala umum yang sama, bahkan terdapat penyakit dengan gejala yang tumpang tindih. Hanya dengan mengandalkan informasi dari internet tidak dapat menjadi patokan dalam mendiagnosis penyakit tersebut.
Dr Todd Thatcher dalam artikelnya tentang Bahaya Self Diagnosis mengungkap bahwa terdapat beberapa kasus self diagnosis yang dapat mengancam jiwa. Hal ini karena, bisa saja orang tersebut telah melewatkan sesuatu yang tidak dia sadari.
Selain itu, pada kasus terkait penyakit mental seseorang bisa saja merasa dirinya mengalami kecemasan yang parah sehingga mendiagnosis dirinya sendiri memiliki gangguan kecemasan. Meskipun ini mungkin terjadi, akan tetapi gangguan kecemasan sering kali menutupi gangguan depresi berat.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Highland