Itu adalah pernyataan yang umum dilontarkan oleh orang dewasa. Namun penting untuk dipahami bahwa trauma masa kanak-kanak dapat berdampak jangka panjang yang sangat serius. Ini berarti, trauma masa kanak-kanak sebagian besar akan selalu diingat.
“Anak-anak belajar betapa aman atau tidak amannya kehidupan ini melalui pengalaman mereka seiring berkembangnya fisik dan otak mereka. Mereka harus belajar melindungi diri dari apa yang mereka anggap menyakitkan atau membahayakan mereka. Apa yang pernah terjadi di masa kanak-kanak mereka, biasanya akan menentukan kepribadian mereka saat dewasa nanti," kata psikolog, Yolanda Renteria.
Oleh karena itu, penting untuk memperhatikan dengan seksama ketika seorang anak mungkin memerlukan bantuan dari ahli profesional untuk memproses traumanya, dan mendapatkan terapi yang tepat.
Selain itu, intervensi dini dapat menghentikan dampak trauma yang berlanjut hingga kedewasaan.
Pelecehan atau bahkan kekerasan seksual atau fisik dapat menimbulkan trauma bagi anak-anak.
Anak-anak juga mungkin mengalami dampak psikologis dari kejadian-kejadian tertentu seperti kecelakaan kendaraan, bencana alam, kematian orang yang dicintai, atau masalah medis yang serius.
Walaupun kehidupan ini tampak normal bagi orang dewasa, penyebab stres yang terus-menerus seperti korban perundungan (bullying), atau tinggal di lingkup yang berbahaya, seperti daerah rawan kriminalitas, dapat menimbulkan rasa takut yang berlebihan yang bisa menyebabkan trauma bagi anak-anak.
Pengalaman yang bahkan tidak dialami langsung oleh anak, bisa saja tetap menimbulkan trauma masa kecil. Misalnya, melihat orang yang dicintai menderita penyakit serius dapat membuat anak menjadi sangat stres dan tertekan.
Selain itu, anak dari korban kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) atau orang tua yang bercerai, juga mempengaruhi kesehatan mental anak yang akan terekam dalam ingatan mereka hingga mereka dewasa.
Sayangnya, di zaman ini anak-anak telah diberi fasilitas gadget sehingga anak-anak bisa mengakses segala media yang mengandung kekerasan atau tidak pantas dengan usia mereka, dan sebagian orang tua tidak atau lupa untuk memfilter apa saja yang bisa diakses oleh anak sehingga dapat mempengaruhi mental anak-anak.
Baca Juga: Memahami Speech Delay Pada Anak: Faktor-faktor Penyebab yang Perlu Diketahui
Penggunaan gadget pada anak-anak juga dapat menyebabkan hubungan dan ikatan antara anak dan orang tua menjadi buruk. Meski begitu, jenis stres tertentu lainnya mungkin tidak terlalu terlihat namun tetap memiliki pengaruh yang signifikan.
Penting untuk disadari bahwa trauma tidak selalu diakibatkan oleh kejadian bencana atau situasi yang tidak biasa.
Ilustrasi anemia pada anak. (Freepik)
· Anak sangat mudah tersinggung dan marah
· Perubahan nafsu makan
· Sering merasa takut yang berlebihan akan hal-hal kecil
· Kehilangan minat dan hobi dalam melakukan aktivitas sehari-hari
· Kesulitan tidur (insomnia)
· Sedih berkepanjangan
· Menolak untuk pergi ke sekolah (biasanya diakibatkan oleh trauma karena anak menjadi korban perundungan)
Meskipun trauma ini sudah lama luput dari perhatian, jenis trauma lain yang kurang jelas kini semakin banyak diketahui.
Oleh sebab itu, pentingnya memahami dampak trauma masa kanak-kanak sangatlah penting.
Trauma tersebut dapat meninggalkan jejak yang dalam pada individu yang terpengaruh, memengaruhi kesejahteraan mereka di sepanjang kehidupan mereka.
Namun, bukanlah takdir bagi seseorang yang mengalami trauma masa kanak-kanak untuk tetap terjebak dalam dampak negatifnya.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Verywellmind